Monday, January 23, 2017

Part 3 : Umroh Ketika Hamil dan Membawa Batita

Siapa yang tidak ingin menginjakkan kaki di tanah suci untuk ber-Umroh?
Alhamdulillah tempo hari gw berkesempatan untuk merasakan nikmatnya hamil dengan membawa anak 2 tahun yang sedang aktif. Berikut ini beberapa catatan penting yang bisa dijadikan referensi sebelum berangkat.

Gw berangkat bersama rombongan keluarga, terdiri dari bumil (gw) dan suami beserta Mas U (2 tahun), busui (kakak ipar) beserta suami dan anak-anak (6 tahun, 4 tahun, 4 bulan), dan kedua mertua. Total rombongan kami adalah 10 orang, berangkat pada pertengahan Januari 2017 dengan suhu Medina 15*-20* sedangkan Mekkah 30* (jakarta sekirar 30*).

Daaan, ini dia beberapa catatan penting yang bisa disimak. Semoga bermanfaat :)

Sebelum Keberangkatan

1. Persiapan Fisik
Bumil
Jaga kondisi tubuh itu harus. Gw pribadi gak suntik meningitis (kartu kuning diurus pihak travel), ketika gw ke KKP-halim untuk vaksin, gw sudah membawa surat keterangan dari obgyn bahwa gw sedang hamil (hampir) 6 bulan sehingga gak bisa di vaksin. Info dari teman sebelumnya dengan surat tersebut dia bisa dapat kartu kuning, sayangnya ketika gw ajukan ternyata peraturan sudah berubah dan pihak KKP tidak mau mengeluarkan kartu kuning.
Selain itu, gw memutuskan untuk vaksin influenza bersama suami dan uwais. Berdasarkan obgyn dan beberapa jurnal yang gw baca, vaksin influenza boleh diberikan (bahkan dianjurkan di Amerika) kepada ibu hamil.
Catatan tambahan : kakak ipar gw yang lagi menyusui di vaksin meningitis tapi beda merk. Merk yang saat ini tersedia di KKP tidak boleh untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan anak di bawah 2 tahun. Dengan rentang pemberian vaksin 3 tahun. Jadi kakak ipar gw vaksin di klinik depan KKP (syarat dan ketentuan sama seperti di KKP) dengan merk berbeda yang rentang pemberian vaksinnya 2 tahun.

Batita
Ketika gw ke KKP, Mas Uwais saat itu berumur 23 bulan 21 hari. Kira-kira kurang 9 hari menuju 24 bulan/ 2 tahun. Jadi Mas U gak boleh vaksin dan gak mendapatkan kartu kuning. Mas U boleh vaksin untuk mendapatkan kartu kuning jika H+1 berumur 2 tahun. Sementara sejak H+1 usia Mas U hanya berjarak 5 hari sebelum berangkat (efektif vaksin bekerja adalah 2-3 minggu setelah vaksin). Jadi gw memutuskan untuk memvaksin Mas U di tempat lain, sekalian ulangan Campak (yang selalu tertunda karena Mas U belum dapat MMR) dan ulangan influenza.

Suami
Hanya suami yang bisa vaksin meningitis di KKP dan mendapatkan kartu kuning. Kemudian ditambah dengan vaksin influenza ditempat lain. Sebenarnya vaksin influenza bisa didapatkan di KKP juga. Sebaiknya memang vaksin combo meningitis-influenza agar sekalian.


Di Jakarta dan sekitarnya bisa vaksin di Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Halim  Perdana Kusuma (pindah ke daerah sekitar situ tapi masih di daerah Halim), dan di Pelabuhan Tanjung Priok. Sebaiknya datang sepagi mungkin dengan syarat membawa fotokopi paspor, fotokopi ktp, fotokopi kk, fotokopi akta dan uang sekitar 300rb untuk vaksin meningitis saja.

2. Persiapan Mental
Perjalanan Umroh kali ini gw benar-benar gak ngoyo. Gw niatkan untuk ke masjid setiap shalat fardu, ditambah tahajud dan dhuha jika bisa. Sayangnya gw gak bisa shalat 5 waktu di masjid. Gw harus memikirkan jam tidur Mas U yang berantakan (terjadi perbedaan waktu 4 jam lebih lama di Saudi daripada di Indonesia), jika Mas U lapar atau mengantuk maka dia akan usil buanget. Jadi gw memutuskan untuk tidak ke masjid untuk shalat Isya tapi jika memungkinkan gw akan tahajud di Masjid bersama Mas U. Hal ini bisa dibolak-balik sesuai kondisi lapangan saja. Begitu juga dengan shalat zuhur, terkadang Mas U sudah terlelap dan gw gak tega untuk membangunkan jadi gw memilih untuk shalat di Masjid Hotel (Hotel gw tepat di depan Masjidil Haram sehingga termasuk shalat di pelataran Masjid).

Gw dan suami juga bertekad untuk tetap memfasilitasi waktu bermain untuk Mas U agar ia tidak bosan, kenyataannya mainan yang gw bawa tidak terlalu membantu. Hanya hotwheels dan buku-buku saja yang akhirnya digunakan.

Sangat penting bagi pasangan untuk bekerjasama sebagai tim. Jangan sampai ibadah jadi terganggu karena hal-hal minor seperti drama berantem atau karena saling tunggu yang tidak jelas. Gw dan suami selalu menentukan tempat pertemuan dan harus menunggu disana dengan kondisi apapun. Pernah sekali kami menunggu agak lama, ternyata gw menunggu di lampu hijau berjarak 2 meter dengan suami. Alhamdulillah kami hanya tertawa ketika akhirnya bertemu kembali, hehehehe.
Selain itu, kami lebih sering untuk bertemu di restoran hotel/kamar hotel. Berhubung jarak hotel yang dekat daripada gw harus berdiri lama menunggu atau suami yang sambil menggendong Mas U.

3. Persiapan Travel
Pilihlah travel yang sudah kita kenal baik. Jelaskan apa saja yang dibutuhkan selama perjalanan. Jelaskan rombongan seperti apa yang akan dibawa. Serta jelaskan perjalanan seperti apa yang diinginkan.

Kami menjelaskan ke travel untuk memilih pesawat yang langsung ke Medina agar memotong satu rute perjalanan darat yang lumayan lama. Sebagai contoh, jika penerbangan ke Jeddah maka akan ada perjalanan darat Jeddah-Mekkah, Mekkah-Medina (dan di tambah Medina-Jeddah jika pesawat ada di Jeddah lagi). Sedangkan rute yang gw ambil adalah Medina-Mekkah dan Mekkah-Jeddah saja.

Selain itu sebisa mungkin menggunakan pesawat yang langsung tanpa transit. Bisa menggunakan Saudi Arabia Airlines atau Garuda Indonesia. Sayangnya, perjalanan berangkat kami harus transit di Abu Dhabi saat tengah malam selama 2.5 jam. Ini lumayan bermasalah untuk saya dan Mas U (sudah dibahas di Part 2). Sedangkan perjalanan pulang kami menggunakan Garuda Indonesia.

Mintalah penerbangan malam agar bisa beristirahat dengan baik. Jika terdiri dari bayi, balita, dan ibu hamil sebaiknya meminta kursi di belakang kamar mandi. Untuk bayi bisa mendapatkan basinet (selain di tempat ini bayi tidak akan mendapatkan basinet), untuk balita akan mendapatkan space yang lebih leluasa, namun kekurangannya sandaran tangan tidak bisa diangkat, sedangkan untuk ibu hamil bisa mendapatkan space lebih lebar agar kaki tidak bengkak.

4. Persiapan Lain
- Usahakan cek cuaca saat tiba agar mempersiapkan pakaian yang tepat. Gw pergi saat winter di Arab Saudi dimana winternya berbeda dengan Eropa yang dingin. Jadi carilah info seakurat mungkin sebelum berangkat. Ketika sampai, di Medina masih terasa dingin sedangkan di Mekkah seperti di Jakarta saja.

- Bawa pakaian seperlunya, apalagi ketika winter, baju tidak perlu banyak ganti. Namun tetap pastikan untuk menyisakan 1 set pakaian lebih untuk berjaga-jaga.

- Mas U awalnya sudah hampir beres toilet training, tapi daripada di Masjid malah pengen pipis atau pup akhirnya demi memudahkan kami sebagai ayah bundanya, gw memutuskan untuk memakaikan pospak lagi ke Mas U selama Umroh. Di Arab Saudi gak ada pospak model pants, jadi gw bawa pospak sendiri untuk menghindari ruam popok maupun rempong cari pospak.

- Makanan, cemilan, dan susu untuk Mas U. Disana bakal banyak makanan, tapiiii terkadang namanya anak-anak maunya makan makanan kesukaan jadi gw tetap membawa secukupnya. Paling tidak untuk 1 hari setelah sampai dan pindah kota.

- Jangan sepelekan obat-obatan, walaupun disana banyak apotek tapi lebih baik kita siap sedia karena obat kan cocok-cocokan. Alhamdulillah gw gak pakai sama sekali kecuali vitamin dan obat penguat rahim dari dokter.

- Gw gak bawa stroller, berhubung hotel dekat dan sepertinya jarang jalan-jalan (kalaupun city tour akan ke masjid yang gak boleh bawa stroller masuk atau ke gunung dan kebun kurma yang gak cocok pake stroller). Kalau ke Mall ya jalan aja. Paling jalan-jalannya juga dua jam. Yang kepake banget adalah gendongan (i love you full Ergobaby), kepake saat tawaf dan kadang shalat juga Mas U digendong.

- Iketan anak. Dalam kasus ini Mas U pakai tas Little Life yang ada iketannya. Jadi bisa sekalian taro pospak dan mainannya di dalam tas.

- Surat keterangan dokter (beserta hasil USG). Surat ini gak diminta sih, kayaknya karena hamil gw gak keliatan hahahaha. Tapi lebih baik persiapkan, surat hanya berlaku 3 hari, jadi siapkan semepet mungkin dengan waktu keberangkatan.

- Mainan lama dan mainan baru. Ada masanya anak akan bosan dengan mainan miliknya (karena biasanya hanya membawa sedikit mainan saja), jadi ketika disaat yang genting (baca : anak rewel), keluarkan mainan baru satu persatu. Cara ini cukup berhasil walaupun pada akhirnya Mas U lebih tertarik dengan buku dan hotwheels saja.

- Berdamai dengan keadaan. Dalam situasi gw, bepergian bersama sepupu-sepupunya membuat Mas U lebih ingin main daripada makan dan tidur. Jadi gw harus mematahkan beberapa peraturan demi anak makan dan tidur. Seperti misalnya Mas U boleh nonton youtube sambil makan (kalau gak, dia akan lari ke meja sepupunya dan mengganggu waktu makan sepupunya. Alhasil gak ada yang selesai makannya).

- Bawa beberapa tempat makan (kecil dan besar) dan tempat minum, serta sendok. Namanya anak-anak mereka gak akan sabar menunggu waktu makan. Apalagi disaat bepergian, lebih baik mereka selalu kenyang daripada lapar dan cranky. Jadi gw membawa 2 makanan besar (buat gw dan Mas U, maklum bumil suka laper) dan 2 tempat makan kecil untuk snack. Ambil beberapa makanan yang disukai di restoran hotel, jadi tidak perlu memikirkan jajan lagi, berhubung tenaga Bunda pun terbatas. Tempat minum digunakan untuk mengambil air zamzam, sayang kan masak sudah sampai Medina-Mekkah minumnya air mineral biasa?
Selain itu, sediakan zipper bag ukuran kecil. Jika makanan yang disimpan tidak habis, bisa disedekahkan hari itu juga ke yang membutuhkan.

- Siapkan dalam koper kabin 1 set perlengkapan esensial dan pakaian. Kita tidak tau bagaimana kondisi disana, bisa jadi koper kita terlambat datang atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Jangan sampai menjadi halangan karena anak tidak bisa menunggu lama untuk eror semacam ini.

Saat Perjalanan

1. Fisik
Bumil
Kenali tanda bahaya, saat ini bukan hanya ibu yang beribadah namun juga janin di dalam perut. Ada nyawa yang bergantung pada ibu disana. Mungkin ibu akan merasa tidak lelah dan bersemangat, namun kondisi janin bisa sebaliknya. Oleh sebab itu, lebih baik tidak memaksakan diri dan memprioritaskan yang esensial saja.

Batita
Tetap penuhi waktu main, istirahat dan makannya. Usahakan tidur tepat waktu dan sesuai porsi seperti di Indonesia. Makan dengan gizi yang tetap baik agar tidak mudah sakit. Serta anak tetap bahagia walau dalam masa perjalanan.

Suami
Sebenarnya disini tugas suami lah yang akan paling berat karena bertugas untuk menjaga bumil, janin, dan anak. Suami harus pengertian untuk tetap mengerjakan yang prioritas saja, alhamdulillah suami gw gak neko-neko. Malah gw yang terkadang memyuruh dia jalan-jalan daripada di kamar aja.

2. Mental
Saling memahami, mengingatkan dan menjaga. Jangan sampai berantem dengan pasangan karena hal yang gak penting.

3. Persiapan Lain
- Buatlah daftar orang yang akan dibelikan oleh-oleh. Pilih oleh-oleh yang tidak memberatkan namun berarti.

- Siapkan uang cash berupa rupiah maupun kartu debit. Disana sangat mudah mendapatkan ATM dan money changer. Walaupun demikian, sebaiknya tetap mempunyai pegangan uang SR.

- Kursi roda bisa menyewa dibagian luar depan Zamzam Tower. Disini penyewaannya untuk tawaf dan sa'i harga SR 250 sedangkan untuk Sa'i saja SR150. Tetapi jika di dalam Masjid ada penyewaan, untuk sa'i saja bisa ditawar sampai SR75. Sebaiknya cek dulu ke hotel apakah menyediakan peminjaman kursi roda. Selain itu bisa juga tanyakan ke travel apakah bersedia membawakan kursi roda dari indonesia.

Part 1 Dari Indonesia ke Medina
Part 2 Mekkah sampai ke Indonesia


Part 2 : Umroh Ketika Hamil dan Membawa Batita

Cerita Umroh ini berlanjut dari Part 1 ya. Part 2 berisi perjalanan di Mekkah sampai kembali ke Indonesia.

Mekkah

Rombongan kami berisi 10 orang keluarga (termasuk balita-batita-bayi) dan hotel pun terpisah dengan rombongan lain. Oleh sebab itu, kami memutuskan untuk memisahkan diri sejak awal agar tidak memberatkan rombongan lain. Ini salah satu pengalaman Umroh yang lalu ketika gw hamil Mas U dan umroh bersama suami. Pada akhirnya kami terpisah karena gw harus pake kursi roda saat Sa'i.


Mengingat kondisi gw yang pasti tidak seprima saat tidak hamil, gw memutuskan membawa kursi roda sendiri untuk ber-Umroh. Tapi akhirnya kursi roda disiapkan oleh travel (yang akhirnya gak kepake karena kursi roda kebawa ke hotel satu lagi). Gw dan suami mencari kursi roda sewaan dari hotel, sayangnya karena hotel sedang peak season maka kursi roda pun habis dipinjam. Salah seorang pengunjung menyarankan untuk menyewa di depan hotel sebelum pintu masuk Masjid.
Lokasi penyewaan pun didapat, ternyata posisinya ada di depan Zamzam Tower, sementara gw menginap di sebelahnya, Safwah Tower. Penyewaan cukup mahal, sekitar SR 250 untuk keseluruhan Umroh (tawaf dan sa'i), sedangkan untuk Sa'i saja SR 150. Gw mencoba masuk ke Zamzam Tower ternyata di satpam gw melihat kursi roda nganggur. Dengan bahasa seadanya, kami berhasil meminjam kursi roda gratis dari pak satpam, Alhamdulillah.

Umroh baru di mulai ketika jam sudah menunjukkan lewat 12 tengah malam. Gw dan Mas U duduk di kursi roda sedangkan suami yang mendorong. Kami terpisah dengan rombongan karena jalur kursi roda berada di lantai 1, sedangkan rombongan keluarga akan tawaf di pelataran Ka'bah dengan pertimbangan lebih cepat selesai (kalau di lantai 1 lebih memutar jauh. Sebagai perbandingan, di pelataran membutuhkan waktu 25 menit untuk tawaf sedangkan di lantai 1 sekitar 55 menit).

Alhamdulillah suami gw sabaaaaar banget mendorong kursi roda yang pasti berat. Gw sering mendengar nafasnya yang ngos-ngosan dengan bibir kering pecah-pecah. Tapi beliau sama sekali gak mengeluh loh. Terharu banget gak sih? Huhuhu.
Sementara Mas U langsung tidur pulas dipangkuan gw sejak putaran pertama sampai putaran ke tujuh. Pada putaran terakhir, rombongan keluarga sudah menunggu di tempat yang sudah disepakati sementara kami menyelesaikan tawaf kami. Kami menutup rentetan tawaf dengan shalat di belakang maqam ibrahim dan meminum air zamzam. Lalu dilanjutkan dengan beristirahat dan shalat tahajud sebelum menyelesaikan Sa'i.

Saat Sa'i, kami menyewa satu kursi roda lagi untuk anak-anak. Gw dan Mas U menggunakan kursi roda sewaan yang didorong oleh mas-mas super energic untuk menyelesaikan Sa'i gw secepat kilat. Sementara sepupu-sepupu Mas U tertidur di kursi roda pinjaman yang didorong kakak ipar gw. Mas U pun tertidur saat Sa'i, sampai akhirnya gw mau tidak mau harus menggendongnya ke pinggir area karena Sa'i gw sudah selesai sementara suami dan keluarga baru menyelesaikan Sa'i keempat mereka. Kebayang kan betapa cepatnya si mas-mas sonic mendorong kursi roda gw? Hahaha.
Anyway, seingat gw ini gak terlalu seram dibandingkan ketika dulu gw didorong di kursi roda saat Sa'i. Mungkin dulu gw gak nyangka kalo si mas-mas pendorong bakal lari ngebut selama Sa'i sedangkan sekarang gw udah siap mental bakal didorong sama the flash yang nyamar pake sorban.

Hampir jam 4 pagi dan Umroh kami alhamdulillah telah selesai. Rasanya kami tidak sanggup untuk menunggu waktu subuh (5.45) di Masjid sehingga memutuskan untuk pulang dan bersih-bersih di hotel. Setelah mandi, gw, suami dan Mas U baru ke Masjid untuk shalat subuh kemudian kembali ke hotel untuk sarapan dan memulai hibernasi agar tenaga pulih kembali.

Selama di Mekkah gw juga gak jalan-jalan. Gw gak ikut city tour karena masih ada satu lagi perjalanan jauh dari Mekkah-Jeddah-Jakarta bahkan sampai ke Bogor untuk sampai rumah. Tapi walaupun demikian, kali ini gw sempatkan untuk jalan ke belakang Hilton demi merasakan Al-Baik yang fenomenal itu, hahaha. Tips dari gw, datanglah berdua dengan istri karena antrian untuk wanita jauh lebih beradab daripada antrian untuk laki-laki. Selain itu, jangan datang menjelang adzan karena sudah habissss.

Selama 4 hari di Mekkah, alhamdulillah paling tidak gw bisa tawaf sehari sekali. Hanya saat Umroh saja gw tawaf pake kursi roda, sisanya gw ke pelataran Ka'bah untuk tawaf. Gw memilih waktu tahajud untuk tawaf, sebagai pertimbangan gak terlalu panas walaupun tetap penuh. Tapi masak sih udah sampai di depan Ka'bah gak kepengen tawaf pake kaki sendiri? Sempat terbersit untuk shalat ke Hijr Ismail, sayangnya gw tawaf selalu mepet waktu subuh sehingga Hijr Ismail sudah dibersihkan dan dikosongkan. Sempat juga ingin berdoa di depan Multazam, Alhamdulillah kesampean setelah tawaf wadha. Untuk mencium Hajar Aswad sih kepengen, tapi gw tau diri kok hehehe. Alhamdulillah sebelumnya sudah pernah, insyaAllah dikesempatan Umroh/Haji berikutnya yang lebih lapang bisa terlaksana lagi. Aamiin.

Gw juga menyempatkan diri jalan-jalan di Mall terdekat dan ke Bin Daud (waktu di Medina bahkan gw gak mau ke Bin Daud saking khawatir capek). Lumayan bisa kasih oleh-oleh gak seberapa untuk orang terdekat :)

Jeddah

Hari keempat kami tutup dengan perjalanan ke Jeddah. Seperti biasa di Jeddah berkunjung ke Corniche (gw gak turun tapi kakak gw sempet lari-lari ke Al-Baik lagi dan sayangnya menjelang adzan. Jadi gak dapet deh) dan singgah di Masjid Terapung untuk shalat dan makan. Selanjutnya kami langsung ke bandara dan menghabiskan waktu hampir 5 jam menunggu bersama balita-batita-bayi yang kelebihan energi.

Buntutnya, Mas U tidur malam di pesawat sebelum makanan pesawat diberikan. Alhasil, sepanjang perjalanan Mas U terbangun dan menangis berkali-kali sampai pramugari pun ikut bolak-balik menanyakan, huhuhu.
Kesalahan gw adalah gak nyuapin Mas U sebelum naik pesawat, jadi dia tidur dalam kondisi lapar. Mas U mau tidur nyenyak setelah gw paksa makan 5 suap menjelang subuh.

Jakarta

Tidak ada cerita berarti sesampainya di Soekarno-Hatta. Imigrasi pun kami lalui dengan cepat tanpa mengantri. Koper kami serahkan ke pihak travel untuk diantar ke rumah. Gak terbayang harus menunggu koper-koper lagi dan pulang dengan menarik koper bersama balita-batita-bayi kecapean dan kepanasan dengan Uber.

Alhamdulillah, secara keseluruhan perjalanan kami selesai. Kami pulang dengan keadaan sehat dan tanpa kekurangan apapun. Perjalanan jauh lebih mudah dibandingkan dengan apa yang gw pikirkan. Dan kami mendapat banyak kemudahan selama disana. Mulai dari hotel yang sangat dekat, orang-orang yang ramah (tidak jarang Mas U tiba-tiba dicium dan diberi permen maupun uang), dan kemudahan lainnya yang tidak terduga.


Part 1 Indonesia hingga Medina

Part 3 Tips and Tricks

Part 1 : Umroh Ketika Hamil dan Membawa Batita

Setelah sekian lama akhirnya mengisi blog lagi, horeeeeee.
Kali ini gw akan bercerita tentang pengalaman umroh ketika hamil 6 bulan sambil membawa batita.
Apaaaa, hamil?
Yup, saat ini gw lagi hamil 6 bulan++ makanya lagi males banget untuk mengisi blog (alasan sih, hahaha).

Semua berawal dari pertengahan desember 2016 dimana mertua gw pengen banget jalan-jalan lengkap sekeluarga, komplit dengan bumil dan busui yang satu paket sama bayi 3 bulan. Awalnya kami akan ke Turki, tapi karena satu dan lain hal tujuan pun berganti menjadi umroh.

Wooowww, siapa yang menolak diajak umroh? Gw yang saat itu lagi hamil aja udah langsung degdegkan bahagia.
Kok berani sih Umroh saat hamil? Berhubung gw sudah pernah Umroh saat hamil Mas U (saat itu hamil 6 minggu), jadi gw merasa tantangannya justru saat membawa Mas U yang sedang aktif daripada membawa bumil. Karena suami setuju dan gw pun insyaAllah merasa mampu, maka kami pun memantapkan hati untuk ber-Umroh.
Singkat cerita kami memutuskan untuk berangkat pertengahan januari 2017 dengan travel langganan. Berbagai persiapan gw lakukan, mulai dari persiapan membawa batita 2 tahun yang lagi aktif-aktifnya. Persiapan bawa bumil yg akan aktifitas padat, perjalanan panjang menggunakan pesawat dan jalur darat dan lainnya. Hingga persiapan mental bersama suami untuk tetap bekerjasama no drama selama umroh. (Tips akan gw bahas di Part 3, ya)

Perjalanan dimulai di bandara Soekarno-Hatta menuju Medina dengan transit di Abu Dhabi menggunakan Etihad. Rombongan kami terdiri dari bumil (gw) bersama suami dan anak 2 tahun, busui (kakak ipar) bersama suami dan ketiga anaknya (6 tahun, 4 tahun, dan 4 bulan), serta kedua mertua. Tantangan pertama dimulai ketika pesawat kami take off jam 6 sore dimana anak-anak diprediksi masih dalam keadaan segar, bugar, bertenaga dan berkumpul bersama sepupu-sepupunya. Gw dan kakak ipar sepakat waktu tidur siang anak-anak akan dipercepat yaitu sebelum zuhur. Sayangnya, rencana gw gagal karena Mas U keburu ngantuk jam 9 dan baru bangun hampir jam 11 siang, huhuhu. Akhirnya dengan berat hati gw mencoba membuat Mas U gak tidur siang lagi biar tidur langsung di pesawat.

Sebelum naik pesawat, gw sudah menyuapi Mas U dan mengganti pospak serta bajunya. Sehingga nanti dia dalam kondisi kenyang dan bersih siap untuk bobo ganteng di pesawat. Alhamdulillah, sesuai dengan rencana, Mas U anteng di pesawat. Bahkan mainan yang gw siapkan gak terlalu berpengaruh karena dia lebih memilih nonton sebentar kemudian bablas tidur sampai di Abu dhabi. Keseruan baru dimulai ketika di pesawat menuju Medina dimana menjelang jam 3 pagi dan Mas U lagi ngantuk-ngantuknya memilih untuk tidur sambil dipeluk padahal sebentar lagi pesawat akan landing. Seorang pramugari sampai bolak-balik mengingatkan untuk mendudukan Mas U di kursinya karena pesawat benar-benar segera mendarat. Akhirnya tangisan Mas U pun pecah seiring pesawat yang mendarat. Dramatis ya?

Medina

Alhamdulillah, sesampainya di darat tidak ada kejadian yang terlalu heboh. Kami melewati imigrasi setelah hampir 2 jam, itu pun akhirnya ada petugas yang mendatangi kami untuk melewati bagian prioritas. Tak terbayangkan harus melewati imigrasi tanpa prioritas dengan membawa balita-batita-bayi yang sudah kelelahan dan bosan menunggu.

Gw sampai di hotel jam 6 pagi dimana jamaah shalat subuh sudah bergegas kembali ke hotel (subuh 05.45). Setelah mandi dan bersih-bersih, gw membawa Mas U untuk sarapan dan kemudian istirahat seharian.

Sebelum berangkat, gw dan suami sepakat bahwa Mas U akan dibawa ke Masjid oleh Ayahnya berhubung gw dalam kondisi hamil yang tidak diperkenankan untuk menggendong Mas U sama sekali. Jadi gw mempersiapkan beberapa buku dan mainan yang bisa menjadi teman main selama Ayahnya ibadah. Gw beranggapan bahwa kebutuhan bermain dan istirahat anak harus tetap dipenuhi agar anak merasa perjalanan ibadah seperti Umroh ini menarik dan asik.

Selama di Medina gw gak jalan-jalan. Hanya sekitar Masjid dan Hotel dimana jaraknya hanya 100m, alhamdulillah sangat dimudahkan sehingga gw bisa maksimal ibadah (dengan takaran membawa anak dan sedang hamil loh, ya). Gw sempat ikut city tour walaupun untuk ke tempat seperti Gunung Uhud gw hanya di bis. Sedangkan untuk kunjungan ke Masjid-masjid gw berusaha untuk tetap turun dan shalat. Selain itu gw gak pergi-pergi mengingat perjalanan Umroh sesungguhnya baru akan dimulai ketika di Mekkah. Lebih baik berhati-hati daripada menyesalkan?

Pada hari ketiga di Medina gw dan rombongan bersiap perjalanan menuju Mekkah menggunakan bis. Selama perjalanan gw cukup shock karena tiba-tiba mimisan. Gw bukan tipe yang gampang mimisan, hanya 2x seumur hidup gw mimisan : pertama saat 2 hari setelah pulang Umroh ketika hamil Mas U, dan kedua ketika akan Umroh saat hamil 6 bulan. Panik-gak panik sih, tapi setelah gw pikir mungkin karena kecapean (bagaimanapun gw habis menempuh perjalanan panjang) perubahan suhu drastis (Medina saat itu 15*-20* sedangkan Mekkah 30*), dan gw mengurangi minum demi mengurangi rempong ke kamar mandi karena perjalanan darat lebih dari 6 jam (maklum udah mulai beser hahaha).

Sesampainya di Mekkah, alhamdulillah mimisan sudah berhenti jadi kami langsung beberes dan makan malam sebelum memulai Umroh.
Cerita berlanjut ke Part 2 ya :)

Part 2 Mekkah hingga sampai ke Indonesia
Part 3 Tips and Trick