Friday, April 24, 2015

Babbling : After 3 Months

Setiap ibu pasti akan memberikan yg terbaik untuk anak dan suaminya. Istilahnya, mending ibu yg sakit deh daripada anak atau suami.
Saat ini gw lagi diuji lagi masalah breastfeeding. Setelah kombinasi tongue tied dan lip tied itu beres, gw harus mencampur ASI dengan sufor. How come??

Long story short, gw belom berhasil pasang kb IUD. Percayalah, gw udah beberapa kali nyoba pasang sampe bolak balik ke gynecologist.
Sampai akhirnya gynecologist gw putus asa dan menyarankan pake KB suntik. Gw udah berkali-kali tanya apakah ngaruh ke ASI, dan jawabannya gak ngaruh. Lalu apa yg terjadi? Gw pendarahan selama beberapa minggu, dan ASI gw drop.

KB suntik ternyata mempengaruhi ASI untuk orang-orang tertentu. Akhirnya gw harus mencari cara lain untuk menyusui Uwais. ASI gw tetep keluar, tapi gak cukup untuk kebutuhan Uwais sehari-hari. Ujungnya, gw balik ke Dr. Asti di KMC lagi. Setelah drama penjelasan dengan bolak balik masuk ruang dokter, akhirnya gw pun memutuskan pake SNS. Ini sebenarnya adalah metode untuk memancing ASI bagi ibu yg mengadopsi anak namun ingin memberikan ASI. kebanyakan ibu setelah tindakan insisi pada bayi tongue tied pun menggunakan alat ini. Tapi dulu gw gak pake karena Uwais masih dikatakan tumbuh dengan normal. Sedangkan yg pake ini biasanya bayi sudah berada di bawah garis minimum grow chart di usianya atau justru divonis gagal tumbuh.

Lalu Uwais gimana? Awalnya gw curiga karena Uwais bbnya naik gak signifikan ketika ke dr. Ayi. Memang sebelumnya Uwais sempat batuk-pilek selama dua-tiga hari. Tapi tetap aja kenaikan bb yg kurang dari normal ini bikin gw mikir ada sesuatu yg salah. Terlebih Uwais lebih rewel beberapa minggu belakangan. Setelah gw ke dr. Asti (untuk periksa radang di PD kiri), ketahuan lah kalo Uwais berada di luar jalur minimal di growchart-nya.

Hancur hatiku.
Seriously.

Dengan hati-hati dr. Asti menjelaskan masalah dan jalan keluarnya. Gw mengerti, beliau tidak ingin membuat gw terlalu khawatir sampai stres yg akhirnya berujung pada kuantitas ASI yg semakin sedikit. Tapi yg namanya seorang ibu, menerima kenyataan bahwa bayinya bisa dibilang kurang gizi dan harus di suplementasi dengan sufor (yg selama ini menjadi momok paling seram dalam per-breastfeeding-an) itu sangat sangat sangat sulit. Sulit untuk menahan air mata untuk gak nangis saat itu juga. Sulit untuk berpikiran positif agar Uwais tetap mendapatkan yg terbaik. Sulit untuk berdamai dengan diri sendiri, ketika semua tidak berjalan dengan rencana.


Apalagi ketika karena satu dan lain hal, gw sempat berantem dengan suami. Rasa kecewa dengan diri sendiri, rasa sedih, rasa tak mampu, dan segala pikiran negatif lainnya semakin menambah pilu. Gak pernah sedikitpun dalam pikiran gw bahwa gw akan menempuh jalan ini. Ya, gw pernah baca metode SNS ini. Tapi gak pernah gw bayangkan akan gw lakukan dengan Uwais.

Sungguh, keadaan saat itu jauh lebih berat ketika Uwais ketahuan tongue tied dan lip tied. Belum lagi drama merasa-tidak-dilibatkan ketika sampai di rumah. Seolah menambah beban gw. Gw masih belum percaya, masih sulit untuk menerima kenyataan, ditambah berantem sama suami, dan ditambah judgemental bahwa gw gak cerita soal perkembangan Uwais di rumah. Well, apa yg mau gw ceritakan jika gw aja baru tahu saat itu?
Stres. Tertekan. Menjadi satu.

Derai airmata gak bisa gw bendung. Gw benar-benar kecewa, sedih, takut, merasa gak mampu, dan merasa egois dihadapan Uwais. Terlebih suami dengan tegas gak mau memberikan sufor ke Uwais. Apa yg harus gw lakukan?

Alhamdulillah saat ini ada kakak ipar yg lagi tinggal di rumah. Gw sering berbagi informasi dan berdiskusi dengan kakak ipar gw ini. Ditengah tangis airmata gw, kakak ipar gw bilang :" sufor bukan racun, ki. Memberikan ASIX itu sebenarnya ego orang tua kan. Tapi ketika kenyataannya diluar kemampuan kita, dahulukanlah Uwais. Ini demi Uwais."

Dan gw pun tersadar. Gw harus memberikan yg terbaik untuk Uwais. Dalam hal ini memberikan suplementasi berupa sufor.

Gw harus memberikan 300ml/hari suplementasi. Dalam minggu pertama, gw bisa memberikan 50ml sufor dengan 250ml ASIP. minggu kedua 100ml sufor dengan 200 ASIP. minggu ketiga, full sufor karena ASIP gw habis. Lalu apakah semua berjalan lancar setelah minggu keempat ini?

BB uwais bisa ditargetkan mengejar ketertinggalan. Tapi nyatanya gak mudah memberikan sufor ke Uwais. Dia gak suka sama sufor. Satu sisi, baik sekali Uwais cuma suka ASI. Tapi disisi lain, buruk karena ASI gw sedikit. Jadi selama pemberian sufor, gw dan Uwais punya adegan tangis-menangis. Uwais yg nangis atau gw yg nangis.

Apa yg lebih buruk dari bayi yg hanya menginginkan ASI dari ibunya tapi gak bisa diberikan? Apa yg lebih buruk dari ibu yg memberikan sufor sebagai tambahan tetapi ditolak oleh bayi? Bayi gw hanya mau ASI. Titik.
Dia hanya mau mengkonsumsi sufor banyak jika sangat sangat haus. Sisanya entah berapa banyak sufor yg pada akhirnya gw buang.
Jujur aja, untuk target 300ml suplementasi berupa sufor itu sangat sulit bagi gw. Misalnya hari ini, sampai jam 2 siang Uwais masih menolak sufornya. Padahal biasanya pemberian suplementasi sufor gw lakukan dari jam 9 pagi sampai sebelum magrib. Dan gw pun cuma bisa menciumi Uwais yg menangis kelaparan.
Dengan ikut menangis juga.

Kata orang drama breastfeeding itu berakhir di bulan ketiga. Tapi bagi gw ternyata masih terus berlanjut. Tak mengapa, semua tangis dan kegalauan gw langsung sirna begitu melihat Uwais tersenyum.


2 comments:

  1. Sesungguhnya dibalik semua idealisme tentang ASI eksklusif ada hal yang lebih penting yaitu kesehatan bayi yang dalam hal ini adalah berat badan. Gw rasa harus ada kampanye 'weightgain first before exclusive breastfeeding' deh selain kampanye exclusive breasftfeeding tok. Ckckckck.

    Semua ibu baru yang udah kecuci otaknya dengan idealisme breastfeeding jadi terkaget-kaget ya dengan pengalamannya yang ternyata ga semulus idealisme awal. Disitu bahayanya. Kekeuh ASIX tapi pas BB kurang itu rasanya lebih hancur dari gagal ASIX.

    Dan ya.
    Sufor itu bukan racun.
    Lebih racun lagi rasanya liat anak berat badannya kurang.
    Perang ASI vs Sufor itu terlalu mengada-ngada.
    Pada akhirnya semua bermuara ke anak, yang terpenting dari semua ini. Yang kadang-kadang kita lupakan karena idealisme ASIX.

    Dan. Suami. Sih. Sebaiknya dukung istri ya. Wong yang jalanin kan Istri.
    He2.

    Kok jadi Curcol :p

    Semangat Kiky!
    Sehat2 yah Kiky dan uwais!
    Salam kecup untuk Uwais sayang :3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener, fi. Idealisme yg ditancapkan sangat sangat sempurna. Jadi ketika gak sesuai rencana rasanya si ibu jauh lebih hancur. Ya benar, ASIX itu sempurna. Dengan segala kelebihan dan kandungan yg gak ada di sufor. Tapi kenyataannya gak semua ibu bisa sempurna menjalani ASIX. Gak cukup istilah "menyusui dengan keras kepala", tapi juga harus ada "menyusui dengan rasional".

      Sehat untuk baby cantik Kaila. Hihi :*

      Delete