Friday, February 21, 2014

Test Food Dwi Tunggal Citra

Dwi Tunggal Citra!
Akhirnya gw fix pake vendor katering ini. Beberapa waktu yg lalu gw dan mas pacar pergi ke kantor DTC untuk fix harga dan menu. Well, DTC ini emang gak mau kasih potongan harga, padahal gw udah lobi langsung ke tante Herning, pemiliknya. Dibanding kasih potongan harga, mereka lebih suka untuk kasih bonus aja.

Sebenernya dengan pilihan menu dan perbandingan antara buffet dan foodstall (gubugkan), jadi ya jatohnya lebih mahal. Salah satu alasan gw milih DTC karena marketingnya yg oke. Gak kayak vendor katering lain yg lupa ngabarin kapan test food (padahal gw udah ngingetin untuk dikabari jam pastinya) atau yg gak ngasih follow up sama sekali. Mbak pipit, selaku marketingnya sangat responsif banget. Dia juga mau ngejelasin hitungan perbandingan makanan yg sesuai.

Misalnya kayak gini :
1. Perbandingan antara buffet : foodstall adalah 1:5, yaitu 1 porsi buffet setara dengan 5 porsi foodstall. Fyi, Vendor katering lainnya punya perbandingan 1:4.
2. Dalam kasus gw, 1000 porsi untuk 500 undangan.  500 undangan itu akan ditanya, apakah keluarga sudah masuk dalam undangan belum. Biasanya kalo belom masuk nanti diminta untuk ditambah 100 porsi. 50 porsi untuk keluarga mempelai wanita, 50 porsi untuk keluarga mempelai pria.
3. Jatah minum perorang 3 sampe 4 gelas. Bukan cuma 1 gelas aja.
4. Buffet VIP itu gratis sementara foodstallnya diambil kira-kira 20 porsi per jenis makanan.

Setelah diskusi sama mas pacar, akhirnya kami (hampir) selesai menyusun menu. Gw mesen untuk 1100 porsi, dengan 650 buffet, dan 450 foodstall. Untuk buffet, gw rasa cukup ambil menu A (2 jenis nasi, ayam, sayur/mie, soup, daging). Soalnya gw akan ngasih banyak jenis foodstall. Ini foodstall pilihan gw yg insyaAllah udah fix.

1. Beef braise (daging dan kentang lapis), ini harus banget sih.
2. Chicken cheesy (ayam yg didalamnya ada keju dan bayam serta aglio olio)
3. Zupa soup, siapa yg gak tau?
4. Tomyam goong (tambahan selada dan noodle)
5. Nasi liwet, ini bentuknya lesehan. Menarik deh :D
6. Steam booth (dengan noodle), ambil sendiri.
7. Kambing guling
8. Aneka pasta (3 jenis past; lasagna, chicken soufel, dan satu lagi gw lupa haha)

Selain itu, ada cake corner lengkap dengan chocolate fountain, salad bar, aneka buah, dan aneka es.

Kalau ngeliat banyaknya jenis menu, sebenarnya gw agak deg-degkan sih, takut ruangannya gak cukup. Soalnya ada beberapa foodstall yg dibuat dua bagian karena porsi yg dipesan cukup banyak. Apalagi gw nambahin beberapa detail di dekor. Tapi tetep aja, gw takut makanannya kurang deh. Semoga cukup! Huhuhu.

Untuk bonus, gw dapet beberapa, yaitu :

1. 100 porsi tomyam
2. 50 porsi cake
3. 50 porsi chocolate fountain
4. 150 porsi akad untuk akad nikah

Selain itu, DTC juga menghias area makan dan makanan (macam-macam bunga) serta bunga-bunga untuk meja VIP.

Untuk informasi, DTC menawarkan test food yg dikirim ke rumah juga kalo udah DP, loh. Kayak hari ini, gw minta dianter ke rumah. Soalnya ortu kami belom tau menu dan rasanya DTC (berhubung semuanya di bebaskan ke kami, hehe). Ternyata, hampir semua menu dikirim ke rumah, kecuali menu yg bisa sajikan seperti steam booth, zupa soup, dan kambing guling. Dan porsinya juga gak nanggung-nanggung. Bisa lah buat makan orang serumah selama 3 hari. :))

Wednesday, February 12, 2014

I am Always be My Daddy's Little Girl

Papa selalu bisa menyelesaikan segalanya. Itu yg selalu ada di kepala gw. Papa punya kegiatan segudang, di luar kewajibannya sebagai suami dan ayah, beliau punya organisasi-organisasi lain yg saat ini sudah terpadu di seluruh Indonesia.

Menurut gw, papa adalah orang yg hebat, beliau selalu bisa mengangkat gw, dalam posisi apapun. Beliau selalu bisa meyakinkan gw, untuk segala hal. Beliau adalah panutan gw.

Tapi baru kali ini gw merasa kalo papa udah gak semuda dulu. Ini gw rasakan ketika udah lebih dari seminggu melihat papa terkapar di tempat tidur. Dan sudah seminggu gw bolak balik ke RS untuk nemenin mama yg lagi jaga papa. Hari ini papa udah pulang walaupun belum pulih total.

Rasanya sedih. Papa yg biasanya selalu ketawa, selalu ngegodain dan menghibur gw, sekarang cuma bisa tiduran lesu.

Pagi ini setelah ngajarin adek untuk ulangan harian, gw ngedusel-dusel diperut papa. Hal yg dulu sering gw lakuin kalo mau manja-manjaan, tapi udah jarang akhir-akhir ini.

"Mbak, sebentar lagi kamu ini udah bukan tanggung jawab papa lagi, loh" kata papa sambil mengusap kepala gw.
"Papa itu tadinya khawatir, anak papa nanti mau diambil orang. Anak papa nanti yg menghidupi udah bukan papa lagi. Lha wong kamu ini dari kecil manja banget. Apa-apa ke papa, kamu udah yakin kan, nduk?"

Gw mengangguk. "InsyaAllah, pa"
"Dalam waktu dekat, papa emang bukan lagi penanggung jawabku, tapi papa tetap yg terhebat. I am always be my Daddy's little girl. Cepet sembuh ya, pa."

Tuesday, February 11, 2014

Surat-Surat Menikah ke KUA Part 1

Hari ini gw pergi ke RW dan kelurahan buat mengurus surat nikah di KUA. Ternyata ada beberapa berkas yg harus di tandatangani ketua RT dan ketua RW untuk dapet surat pengantar ke Kelurahan. Nantinya, surat ini ditujukan ke KUA setempat. Dari hasil cari-cari di beberapa blog, memang beda-beda syaratnya di setiap daerah. Tapi di kelurahan gw alhamdulillah gampang dan gratis tis tis.

Ini ada beberapa syarat yg harus dikumpulkan sampai ke tahap KUA. Dalam kasus ini, domisili gw di Kelurahan Tugu, Depok, Jawa Barat. Sementara Mas Pacar di Jatibening, Bekasi. Kami akan menikah di KUA Kecamatan Tebet, mengikuti area gedung Balai Sudirman.

1. Fotokopi KTP dan KK untuk calon suami dan calon istri. (1 lembar, dalam beberapa kasus ada yg minta ijazah dan akta lahir, jadi disiapkan saja)

2. Surat pernyataan belum pernah menikah (masih gadis/jejaka) di atas segel/materai bernilai minimal Rp 6.000 diketahui RT, RW, dan Lurah setempat. (Format surat biasanya dari Pak RT)

3. Surat keterangan untuk menikah dari Kelurahan setempat yaitu model N1, N2, dan N4 baik calon suami dan calon istri.

4. Pas foto calon suami dan calon istri ukuran 2x3 masing-masing 4 lembar. (Ukuran dan jumlah pas foto bisa berbeda di setiap daerah, jadi kalo gw sih daripada bolak balik, mending menyiapkan semua ukuran (2x3, 3x4, 4x6) dengan 3 jenis warna latar; putih, biru, dan merah hehehe)

5. Bagi calon suami maupun calon istri yg melangsungkan pernikahan diluar wilayah domisili, harus ada surat rekomendasi nikah dari KUA kecamatan domisili.

6. Biodata calon suami dan calon istri lengkap dengan beserta orang tua.

Sumber : ayonikah.net
Dengan perubahan seperlunya.

Sebenernya gak sulit kok kalo ngurus sendiri. Alhamdulillah gw urus sendiri dari ketemu RW dan ke Kelurahan, gak ada sejam udah beres. Ini termasuk waktu dijalan, loh. Mungkin gw datengnya pagi-pagi kali ya. Jadi gak pake antri-antri. Alhamdulillah.

Semoga bisa membantu, proses ke KUA insyaAllah akan gw update lagi nanti :)

Wednesday, February 5, 2014

Farewell with My Baby Part 2

Kehidupan di Discover dan MBA cukup membuat gw dan Jess kelimpungan. Bagaimanapun kami sudah berusaha mengatur jadwal agar bisa tetap eksis di Discover tanpa mengurangi kewajiban kami sebagai mahasiswa. Alhamdulillah, gw memiliki orang-orang yg pengertian (atau terjebak? Haha) yg mau bekerja sama di Discover.

Singkat cerita, gw sudah pulang dari London untuk joint research dengan Goldsmiths University of London. Gw akhirnya memulai thesis gw : bisnis strategi untuk Discover. Dalam 2 bulan gw kebut thesis sampe beres dan bisa sidang. Ditengah-tengah hiruk pikuk thesis, persiapan mau menikah, dan Discover muncul lah statement ini : Discover kemungkinan gak bisa diterusin.

Gw sebenarnya udah sadar saat mendaftarkan Discover ke notaris, Discover gak akan bertahan lama. Paling tidak, ada masa vakum nantinya. Bukan apa-apa. Gw sadar, sebagai cewek nanti jika sudah waktunya, gw harus ikut kemana suami gw pergi. Begitu juga Jess.
Ditambah lagi, Jess juga punya kewajiban untuk membantu perusahaan papanya.

Disinilah semua titik bertemu. Keputusan gw akan menikah dan Jess yg harus membantu papanya secara langsung. Kami berdiskusi lumayan banyak, memikirkan segala yg bisa kami lakukan sebelum akhirnya kesimpulan diambil.
Sedih? Banget. Discover ini udah kayak anak gw. Gw dan Jess yg cariin bajunya di IBCC. Kami juga yg pilih aksesoris apa saja yg nantinya dipakai oleh Discover. Kami juga yg carikan proyek-proyek apa yg dimainkan. Hingga sekarang, kami juga yg harus mengakhirinya.

Semua teman-teman dan nanny Discover sudah kami beritahu, pertemuan terakhir dan tanda jasa sudah menemani Discover pun sudah kami berikan kemarin. Ketika mereka pulang, Discover sudah bersih. Duduklah kami berdua di ruangan ini. Seperti dahulu, hanya berdua di Discover.

Perasaan aneh mulai menjalar, gw berjalan memutari dinding. Menatap setiap sudut yg ada, disana gw biasa sholat dan bercermin untuk bersiap pergi lagi atau sekedar memastikan jilbab dan makeup gw rapi. Di pojok sana gw berdiri ngadem di bawah AC. Sambil terkadang membaca tempelan dinding yg berisi menu makanan maupun bon belanja serta catatan nomer penting. Pojok lainnya adalah tempat gw biasa mencari inspirasi. Baik dengan membaca dan memilah buku-buku yg memang sengaja gw dan Jess kumpulkan, maupun dengan tidur diantara bantal dan boneka.

Februari 2014 terasa berjalan begitu cepat. Gw pun tak menyangka Discover akan berakhir disini. Setelah Januari kemarin Discover yg menemani dan membawa gw menyelesaikan thesis, kurang dari sebulan kemudian gw harus mengucapkan selamat tinggal.

Gw dan Jess tertawa-tawa, kami memutuskan untuk berfoto-foto daripada larut dengan kesedihan kami. Minggu depan kami baru mulai mengosongkan Discover lengkap dengan komputer-komputernya.

Ternyata gw tidak setegar itu, bagaimanapun sekali lagi, Discover adalah kebanggaan gw. Maka ketika mas pacar menelpon malam itu, meneteslah air mata gw. Tidak setetes namun cukup untuk membuat kelopak mata gw membengkak seperti biji jengkol.

Gw menangis tersedu-sedu. Sungguh, ini seperti kehilangan anak gw. Bukan masalah materi, tapi kenangan dan kerjakeras yg sudah gw dan Jess curahkan membuat gw gak sanggup.

Discover memang sebuah jalan, ia adalah salah satu mimpi yg telah terpenuhi. Semoga setiap ilmu dan pelajaran hidup selama merawat Discover, bisa gw dan Jesd maksimalkan. Amin.

Tuesday, February 4, 2014

Farewell with My Baby Part 1

Akhir Oktober 2011. Saat mayoritas mahasiswa AR yg baru lulus sedang galau-galaunya mau ngapain setelah wisuda; tiga orang anak gw, Jess, dan Way justru sibuk memulai "sekte" kami, sebuah konsultan arsitektur.

Nekat? Banget. Tanpa persiapan, hanya bermodalkan nekat dan ijazah S1, kami mulai merintis Discover.
Berminggu-minggu berkeliling Bandung, mencari tempat yg cocok untuk Discover. Siang kami berkeliling, sore hingga malam kami ngebut mengerjakan proyek demi bertemu klien. Tapi, toh kami senang-senang saja, arsitek mana yg tidak memimpikan punya konsultan sendiri?
Dan gw merasa sebagai salah satu arsitek yg beruntung, karena gw bisa mewujudkan impian itu, tepat sesaat setelah wisuda.

Alkisah; gw, Jess, dan Way akan tanda tangan kontrak dengan pemilik ruko. Kami bertemu notaris untuk revisi kontrak di hari selasa.
"Kita ketemu lagi kamis, ya. Buat penyelesaian dan pengurusan surat-suratnya," kata Tante Notaris.
"Wah, kamis gak bisa, tante. Ada gladiresik wisuda." Jawab gw sambil cengengesan.
Tante Notaris dan Tante Pemilik Ruko berpandangan bingung, "Loh, siapa yg wisuda?"
"Kami, tante." Kami menjawab serempak.

Mungkin saat itu Tante Pemilik Ruko langsung khawatir dengan nasib rukonya. Tiga anak yg baru mau wisuda ini akan menyewa ruko untuk kantor. Ya ampun, mungkin mereka udah gila.

Singkat cerita, kami mulai mengisi dan merenovasi ruko yg seharusnya toko dan gudang penyimpanan, menjadi kantor konsultan arsitektur. Atas seizin Tante Pemilik Ruko, kami mengganti tangga yg gak manusiawi dan tanpa railing, menjadi lebih terdesain dengan bordes yg cukup nyaman. Pintu kaca pun dipesan, meja dan kursi didesain sendiri dan dibuat oleh tukang kami. Satu persatu kebutuhan mulai dilengkapi. Cerita-cerita lucu pun selalu mengalir.

Percakapan ini terjadi pada suatu hari ketika gw dan Jess akan memesan kaca untuk meja rapat.
"Atas nama siapa, mbak?" Tanya Mbak Penjaga Toko.
"Discover, mbak." Jawab Jess dengan pelafalan discover versi bahasa inggris.
"Oke, mbak. Nanti dikirim kacanya ke Discover." Kata Mbak Penjaga Toko sambil menulis di bukti pembayaran.
Gw terkikik menahan tawa. Jess sampai menyikut sambil mesem-mesem menahan tawa juga. Ternyata Mbak Penjaga Toko ini menulis Discover dengan ejaan sunda asli, yaitu "Diskaper". Ealah, mbak ini loh. Nama udah oke, kok diubah-ubah.

November 2011, belum genap sebulan Discover di ruko, Way memutuskan untuk berpisah dari kami. Dia keterima kerja di Shanghai, kurang gaul apa si Way ini coba? Tapi tqk mengapa, Way punya mimpi dan tanggung jawab yg lebih besar sebagai cowok.

Gw dan Jess melanjutkan Discover berdua aja. Ke kantor berdua, di kantor berdua, cari barang untuk mengisi kantor berdua, ketemu klien berdua, sarapan sampai makan malam pun berdua. Hampir 24 jam berdua. Mungkin orang-orang akan bingung, dimana ada Jess disitu ada gw. Begitu juga sebaliknya.

Menjalankan Discover di bulan-bulan awal itu tidak mudah, kami masih terkendala sumber daya dan kemampuan. Dari sini kami jadi tersadar bahwa nekat dan selembar ijazah S1 ternyata tidak bisa membesarkan Discover. Maka beberapa keputusan pun diambil, antara lain dengan mendaftarkan Discover sebagai CV dan mendaftarkan diri kami di MBA ITB.

Lompatan-lompatan bulan selanjutnya sangat extrem bagi kami. Mulai dari rapat dengan CEO-CEO yg usianya setara dengan ayah kami, hingga tantangan untuk mulai merekrut arsitek untuk bekerja di Discover.

Pun begitu, saat kami memulai MBA. Gw yg biasanya tiap hari ketemu Jess, tiba-tiba baru ketemu 3 hari kemudian di kampus. Apa yg terjadi? Kami berteriak dan berlari dari ujung satu ke ujung lainnya untuk menyambut satu sama lain. Kami berpelukan di tengah lobi. Bukan lebai, tapi memang begitu adanya. Hahahaha.

Hari-hari selanjutnya memang lebih naik dan turun. Tapi yg namanya hidup, tetap saja harus dijalani.

Fitting Wedding Dress

Dengan niat suci gw memutuskan buat bikin sendiri baju untuk akad. Jadi dari sebelum thesis selesai, gw udah mulai cari-cari model buat baju akad. Nah, gw pengen baju akadnya gak berbentuk kebaya, tapi dress a la pernikahan international. Pengennya sih yg simple tapi elegan. Akhirnya gw memutuskan pake warna dasar broken white, soalnya gw gak pede pake putih tih tih, takut gwnya jadi buluk dan item. Hahahaha.

Setelah izin ke ibu dan mas pacar (kalo mama sih oke oke aja sama apapun pilihan gw), gw menemukan contoh dress idaman gw di pinterest. Ada modifikasi disana dan disini, karena gw emang ambil beberapa model dan dijadikan satu di dress gw.

Gw pergi ke penjahit sama mama, buat nanyain seberapa banyak kain yg dibutuhkan, dan penjahitnya bisa apa gak. Sebenernya sih, modelnya simple, jadi penjahitnya menyanggupi. Cuma butuh kain lebih banyak aja. *hore*

Nah, setelah sebulan lamanya gw ngejahit, akhirnya hari ini gw fitting baju. Deg-degkan banget, kyaaaa. Bukan apa-apa, gw gak tau bajunya jadi kayak apa karena gw modifikasi. Dan karena ini dress buat akad gw nantinya, gw deg-degkan aja. Hahaha.

Gw pergi sama Emi, salah satu bridesmate gw, geng arisan lah pokoknya. Gw ngerasa butuh pendapat sih, makanya gw pergi sama Emi daripada gw pergi sendiri. Daaaaaan....... bajunya jadi cantik. Ah, senangnya. Mirip kayak yg gw bayangkan. Putih dan menjuntai rapi, potongannya simple tapi elegan dengan payet-payetnya. Cuma butuh beberapa penambahan payet dan swarosky biar keliatan lebih gemerlap sedikit. Sebenarnya gw udah ngerasa cukup, tapi berhubung baju akad mas pacar itu sewa (pastinya dengan full payet gold), dan ibu juga suka payet full, jadi gw minta penjahit buat nambah lagi. Daripada gw nanti jomplang gara-gara bajunya kurang meling-meling, kan sedih.

Senangnya. Satu lagi yg harus diurus akhirnya hampir beres. Paling gak, dengan udah berbentuk dress (walaupun sebenernya tadi si brokat-brokat belom dijahit, baru ditempel) gw jadi lebih lega.

Semoga akhir februari ini beres, dan gw bisa mulai fokus cari model jilbab yg kece. Makasih ya Emii :**

Hari ini gw juga pergi sama sobat gw, Jess, buat nyari pita renda. Ceritanya nanti gw gak mau ngasih gitu aja kain buat bridesmate gw. Tapi dibungkus rapi, ketimbang dikasih plastik begitu aja. Sebagai penghargaan buat sobat-sobat gw yg cantik, jadi kain yg nanti gw kasih pun harus cantik dalam kesederhanaannya.

Namanya cewek, nyari pita renda aja bisa lamaaa banget, hihi. Tapi gw seneng kok dengan kerempongan ini (kalo kata Jess, rempong unyu). Gw punya sobat-sobat asik yg mau dimintain pendapat. Hihi.

Masih banyak yg printilan yg harus diurus, tapi kalo dikerjain dengan senang hati, insyaAllah jadi ringan.
:)