Tuesday, December 29, 2015

Judgement

Sampai saat ini gw masih sering banget dengar kalimat kayak gini :

"Duh, kok tega sih ninggalin anak di rumah. Ibunya malah asik kerja."
"Enak ya di rumah bisa bareng anak terus"
"Enak ya kerja, gak harus ngurus anak terus"
"Yaa, gw kan kerja. Waktunya gak banyak, gak kayak IRT."

Seriously.
Bersyukurlah!

Bersyukurlah ketika harus menjadi "stay at home mom". Karena anda beruntung tidak melewati golden age anak.
Bersyukurlah! Karena anda beruntung bisa memeluk anak anda setiap saat. Ketika anda menjadi orang pertama yg melihat langkah pertama bayi anda.
Asaaaal, jangan sampai menjadi SAHM tapi kerjaannya ngegerutu terus pengen kerja, pengen ini, pengen itu. Anaknya diurus sama baby sitter, sementara ibunya asik ber-path. Jangan!

Jika sudah memutuskan jadi SAHM, lakukan dengan sempurna. Jadilah ibu yg produktif. Baca dan perdalam ilmu mendidik anak yg baik. Jangan sampai waktumu terbuang dengan selalu mengeluh akan cucian yg tak terselesaikan. Atau rumah yg selalu berantakan. Apalagi jika anak menangis tak mau berhenti.
Tentu sesekali boleh mengeluh. Namanya juga manusia :)

Bersyukurlah!
Ketika harus meninggalkan anak dan pergi bekerja. Maka gunakan waktu anda dengan baik di kantor. Gunakan untuk mengejar karier dan ilmu yg anda butuhkan. Gunakan untuk kemaslahatan bersama. Asaaaaal, jangan sampai menjadi wanita karier yg mengeluh di kantor karena tidak bisa bertemu bayi anda yg lucu. Jangan menjadi pekerja kantor yang hanya sibuk menggerutu dan bergosip bos sambil ber-facebook. Jangan!

Jika sudah menjadi WM, maka lakukan dengan sempurna. Jadilah wanita karier yang produktif. Kejar karier anda, jadilah wanita yg bermanfaat untuk agama dan bangsa. Jangan sia-siakan waktu anda yg berharga karena sudah meninggalkan anak anda dengan bergosip. Jangan sia-siakan waktu anda yg melewatkan fase terpenting anak anda dengan menggerutu.
Tentu, sesekali boleh mengeluh. Seorang ibu juga manusia bukan? :)

Seorang SAHM dan WM tentu sama-sama ibu. Mereka sudah berpikir seribu kali tentang keputusannya. Jangan sampai sesama ibu saling menilai dirinya lebih baik. Seorang SAHM belum tentu bisa bertahan melakukan rutinitas WM. Dan seorang WM juga belum tentu bisa melakukan segala hal yg dilakukan SAHM. Saling menghormati tentu akan indah bukan? Dibandingkan merasa paling susah, paling ribet, paling capek.
Kemudian mencibir secara langsung dan tidak langsung ibu lain yg berbeda dengannya. Percayalah, setiap ibu mempunyai cobaannya masing-masing. Tak perlu berada pada sepatu yg sama untuk dapat merasakan betapa istimewanya menjadi ibu.

Selamat hari ibu untuk seluruh ibu di dunia 😊

Monday, December 14, 2015

Harta Berharga

Hello, there. Setelah beberapa bulan gak nulis, rasanya ada yg hampa. *yuuuuk~*

Banyak yg terjadi di beberapa bulan ini. Sampai-sampai bingung apa yg mau diceritain duluan. Tapi, ada satu peristiwa yg benar-benar membekas dihati gw.

Seperti halnya post socmed akhir-akhir ini di usia matang kayak gw, kalo gak tentang pernikahan ya tentang baby.

Salah satu teman gw, sebut saja Bunga, dia telah menjadi salah satu wanita beruntung karena dikaruniakan hamil sesaat setelah menikah. Gw gak terlalu dekat dengan Bunga, tetapi Bunga dan suaminya ini pasangan cantik dan ganteng menurut gw, gw udah membayangkan anak mereka yg lucu-lucu.

Long story short, gw memang gak pernah melihat Bunga meng-update cerita kehamilannya di socmed. Sampai suatu ketika gw dengar Bunga sudah hamil 37weeks. Wow, alhamdulillah. Ini adalah saat-saat yg ditunggu oleh bumil sedunia dimana si bayi yg di dalam perut akan segera lahir. Kalo istilahnya mbak KD, tinggal menghitung hari.

Namun ternyata, Allah lebih sayang pada bayi cantik tersebut. Allah memanggil si bayi mungil yg telah siap disambut oleh orang tuanya, ketika ia telah siap untuk lahir.
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.

Apa yg dirasakan Bunga?
Apa yg dirasakan suami Bunga?
Bagaimana mereka bisa menghadapi tumpukan baju mungil dan cantik yg telah tersusun rapi?
Bagaimana mereka bisa sanggup menatap aneka peralatan bayi yg siap digunakan?
Bagaimana Bunga dapat tegar ketika dokter memvonis tak ada lagi detak jantung bayinya dalam sekejap?

Subhanallah.
Sesungguhnya manusia hanya dapat berusaha.
Sesungguhnya Allah lah Sang Pemilik Jiwa.

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.

Mendengar berita ini saja gw menangis. Tak terbayangkan. 9 bulan menanti dalam harap-harap cemas, ternyata manusia tak ada daya sama sekali.

Lalu gw hanya bisa menatap Uwais. Keajaiban bagi gw, rejeki tak terkira yg harus gw syukuri.

Semoga Bunga dan suami segera pulih. Semoga Bunga bisa segera mendapatkan rejeki lainnya. Semoga kita semua selalu diberikan nikmat untuk bersyukur. Aamiin.

Tuesday, October 20, 2015

Breastfeeding New Chapter

Dalam bahasa gaul per-ASI-an, insyaAllah Uwais segera lulus S2 *throwing confetti*

11 bulan 1 minggu lebih sedikit. Terkadang pengen banget bilang "wah, gak kerasa yaaa". Tapi kalo diinget-inget ya kerasa juga sih capeknya, ngantuknya, moodynya, hehehe. Kalo ada yg bilang "cepet gede yaa, gak kerasa deh". Rasanya pengen gw kasih titip Uwais untuk 5 jam aja deh.

Beneran deh, punya anak yg heboh dan rasa ingin tahunya gede itu bikin letoi. Gw sampe ngerasa jompo banget ngurusin anak satu *tapi masih pengen punya anak lagi sih*.
Padahal Uwais belom bisa jalan loh.
Padahal Uwais belom bisa ngomong loh.
Padahal Uwais masih tergolong nurut loh.
Padahal Bunda sayang Uwais banget loh.

Jadi, setahunan Mas U mau ngapain?

Saturday, September 5, 2015

Adik Untuk Mas U

Udah mikirin adik untuk Mas U ajuaaah??
Nyemnyem.
Si Bebe nan mungil ternyata sudah hampir 8 bulan, giginya udah 2 walaupun belum tumbuh maksimal satu mahkota. Kaki-kaki kecilnya sudah berjejak tegak di lantai, mulai merayap di pinggiran sofa.

Nah, apakah ini saat yg tepat?

Setelah punya anak, gw berpikir kalo gw mau selesai melahirkan sebelum gw berumur 30 tahun. Yang artinya waktu gw tinggal ... sekian tahun, fufufu mau tau aja :D
Terlepas dari gw diberikan rizki anak kembar (karena gw ada gen kembar), gw berencana demikian. Mengapa dibawah 30 tahun?

Mengurus bayi itu capek, loh. Serius deh. Di usia gw yg sebenarnya masih muda ini aja gw kewalahan mengurus keperluan Mas U dan Hubby, tanpa dibantu ART. Sedari lahir Mas U semuanya gw yg urus, dari mandi, ganti popok, main, mencuci pakaian, makan, memasak, semuanya. Tentu saja gw juga minta bantuan Hubby untuk memandikan dan bermain, ini penting untuk ikatan Ayah-anak. Nah, gw ingin semua anak gw nantinya punya kesempatan yg sama, yaitu gw urusin semuanya. Jadi gw membutuhkan tenaga yg lebih untuk itu.

Walaupun, rencana ini tentu saja berbenturan dengan rencana kami yg lain. Tentu saja gw sendiri pun punya segudang keinginan untuk direalisasikan. Mumpung masih muda, mumpung masih ada waktu, dan mumpung-mumpung lainnya.

Gw hanya berharap agar diberikan terbaik, karena gw yakin Allah punya rencana hebat untuk gw dan suami. Namanya manusia, hanya bisa berencana kan?

Satu hal yg gw harus yakini, dikasih anak (lagi) sekarang atau nanti (setelah rencana lain terwujud), gw harus siap mental. Karena menurut Nyokap gw, beda rasanya antara punya anak dengan siap mental dan tidak. Dan catatan tambahan dari Nyokap, siapkan hati juga untuk punya anak kembar.
Hmm, kayaknya seru punya anak kembar ya. Hihi.
*colek Hubby*

Sunday, August 23, 2015

17 Agustusan a la Mas U

Baru 7 bulan udah ikut sepeda hias, ini maminya yg pengen apa maminya yg pengen? Hahahaha.

Long story short, i was inspired by Dad who decorate my bike for Parade. He always put his best effort to did it, and i was a proud kid strolling around with my bike. So, i'll do the same for my children. I'll create a story for them and make their own awesome childhood, insyaAllah.

My baby's debuted was good enough. I only have several hours to make a space ship from limited cartons. No time for helmet (i was obsessed with his astronaut helmet at first, but anyway ... ). Besides, i bought him a astronaut jumper. The astronaut things were originally a hope. I expect him to become someone who will inspire and valuable to others, not only an astronaut but also anythings else.

Then ..

Mas U sudah bisa didudukin dengan tegak maupun duduk sendiri dari berbagai pose. Selain itu udah mulai tumbuh gigi, bertepatan dengan batuk pilek heboh yg bikin suara habis dan nafsu makan menurun, hiks.

Cepet sembuh, ya Mas U.
Biar cepet endut lagi :)

Friday, July 24, 2015

Eat, Eat, Eat!

Alhamdulillah di minggu keenam Uwais mulai MPASI ini bisa dibilang lancar. Segala yg gw bikin, Uwais menerima dengan lahap, walaupun bentukan bubur saringnya, yaaaa gitu deh. Wkwkwk

Tapi gw berusaha selalu memberikan yg terbaik. Gw ingin Uwais nanti gak picky eater. Segala makanan (yg halal dan toyiib) dia harusnya mau. Bahkan, dalam mpasinya, ada beberapa bahan yg gw sendiri baru mencoba pas masak untuk Mas U. Misalnya kayak bit merah, butternut squash dan kabocha.

Pilihan menu yg gw bikin juga sebisa mungkin lebih variatif. Walaupun capek dan pegel nyiapin menu empat bintang tapi seneng kalo Uwais mau makan dengan lahap.

Sampai hari ini, begini jadwal makan Uwais :

1. Sekitar jam 6.30 dan jam 3.30 sore makan bubur yg terdiri dari karbo (beras, kentang, ubi, havermut), protein nabati (tahu, tempe, edamame, polong, kacang merah, buncis), protein hewani (daging sapi, ayam, hati), sayur (wortel, jagung, bit, kabocha, brokoli, kale, bayam).
2. Sekitar jam 10 dan jam 1 siang akan makan cemilan berupa biskuit (diusahakan kalo pergi aja) dan buah (butternut squash, semangka, mangga, naga merah, naga putih, pisang, pear pacham, pear xianglie, apel)

Hari ini Mas U abis imunisasi dan timbang lagi. Yaaaah, walaupun BBnya tetep aja dijalur miris, alhamdulillah udah cukup untuk seusianya. Kayaknya sih gw harus bilang goodbye buat punya baby montok hahaha. Secara Mas U makannya udah banyak aja ya ngepas-ngepas juga.

Mulai besok gw akan coba ngasih 3x makan besar + 2x cemilan.
Semoga Bunda semakin semangat masaknya. Semakin variatif biar Mas U makannya juga lahap-hap-hap.

Whatch out Kid, Master Crawler is Coming Through

Di usianya yg genap 6 bulan 2 minggu, alhamdulillah Uwais udah mulai merangkak kesana dan kesini.

Sekitar seminggu yg lalu, Uwais mulai ngesot-ngesot beberapa langkah. Dalam kurun waktu seminggu Uwais udah lebih lancar ngerangkaknya (atau masih dibilang ngesot?)

Kalo dilihat dari berbagai sumber, ada 6 jenis merangkak :
1. The Belly Crawl
2. The Crab Crawl
3. The Roll Crawl
4. The Leapfrog Crawl
5. The Bear Crawl
6. The Classic Crawl

Kalo menurut gw sih Uwais tipe yg antara Belly Crawl atau Crab Crawl. Hihi.

Anyway, semoga Uwais makin pinter merangkaknya. Dan semakin tegak duduknya.

Deep down there, i little bit rilex about him. My baby grows better than i expected. And yes, i'm a proud mom.

Wednesday, July 1, 2015

Hadiah

Semalam Mama cerita kalo Nenek lagi sedih karena mukena yg gw kasih ketinggalan di Bogor (tempatnya Bulek), sedangkan Nenek lagi nginep di Bekasi (tempat Bulek lainnya).

Padahal menurut gw mukena yg gw kasih tahun lalu itu biasa aja. Memang niat beli untuk Nenek, tapi tanpa maksud apa-apa. Ternyata bagi beliau, itu adalah pemberian yg luar biasa. Kemana-mana dibawa.

Terharu.

Bagi gw, hadiah itu sangat spesial. Terlepas dari harganya, momen memberikan hadiah (atau oleh-oleh) adalah sebuah tanda paling sederhana bahwa orang tersebut memikirkan kita.

Gw sangat suka memberikan hadiah. Gw akan memikirkan apa yg orang tersebut sukai, gw pikirkan baik-baik.

Dan gw pun suka diberikan hadiah, gw jadi merasa lebih istimewa dan merasa lebih dihargai.

Apalagi kalo abis ngasih ke orang dan hadiah tersebut dirawat dengan baik. Bahagia sekali. :)

Sayangnya semakin kesini gw semakin jarang menemukan tradisi memberikn hadiah ini.

Padahal Rasulullah pun mengajarkan untuk saling memberikan hadiah, loh.

Sekali lagi ini bukan sekedar materi, tapi waktu yg dicurahkan untuk memikirkan hadiah apa yg akan diberikan itu lebih berharga.

Monday, June 29, 2015

MPASI-YEY!

Here we gooooo~

Long story short, Uwais harus memulai MPASInya 2 minggu lebih cepat atas saran dokter. Dan akhirnya maminya yg kelabakan huahaha. Sejak Uwais mau lahir gw kan tipe yg santai kayak dipantai gak heboh beli ini itu.
Nyatet-nyatet sih iya. Tapi gak semuanya gw beli. Cari pinjeman sana-sini, gak ada atau kurang baru deh beli. Dan belinya juga mepet-mepet. Misalnya Uwais lahir hari rabu, baru beli ngelengkapin senin sebelumnya dan selasanya beberes kamar.

Gitu juga untuk MPASI ini, gw gak kalap beli peralatan MPASI (mahal kali, bo). Gw nyatetin, diskusi sama kakak ipar, apa yg harus dibeli dan apa yg sebaiknya gak usah dibeli. Gw pun memutuskan untuk membeli jika memang dibutuhkan. Dan akhirnya sampe seminggu berlalu MPASI dininya Uwais, gw gak beli alat apapun. Huahahaha.
*males apa medit buu*

Yaaa, gw juga masih meraba-raba sistem yg gw pake kayak apa. Bahkan gw belom memutuskan mau pake sistem whole some baby food, WHO, BLW, etc. (Kayaknya mau pake WHO aja deh)

So, how how how?

Uwais is super amazing.
He likes everything.
I'm a very proud Mom.

Nyokap gw udah wanti-wanti gw gak boleh kecewa kalo Uwais susah makan, secara dulu gw pun demikian.
Suami dan keponakan-keponakan gw pun susah makan waktu awal MPASI. Hasilnya ketika Uwais lahap memakan setiap suapan bubur yg gw kasih, gw pun terpana.

Gw memulai MPASI Uwais menggunakan menu tunggal serelia (beras, gandum, dll). Selain kalorinya lebih banyak, sepanjang yg gw baca sih serelia ini jarang laporan alerginya. Banyak juga yg memberikan makanan pertama bayinya dengan buah (dengan alasan buah lebih manis, diharapkan bayi akan suka) atau justru sayuran (lebih gampang dicerna, dan diharapkan akan suka sayur).

Alhamdulillah sampai hari kedelapan ini Uwais udah merasakan beberapa menu makanan. Mulai dari menu tunggal bubur beras merah, bubur beras coklat, bubur beras putih, dan bubur havermut (pengenalan serelia semuanya di awal MPASI). Gak lupa dihari kedua MPASI Uwais udah ngerasain manisnya mangga, dilanjutkan naga putih dan pear. Untuk sayuran baru mengenal kabocha dan buncis.

Semuanya dimakan dengan lahap hap hap. Seolah-olah ini penghiburan buat Bunda karena kemaren banyak hal sudah terjadi.
Makan yg banyak terus ya, nak. Bunda siap masakin apa aja ;)

Besok dihari yg kesembilan, Uwais akan mencoba daging sapi giling dengan kuah tulang sumsum. InsyaAllah doyan ya, nak.

Sunday, June 14, 2015

"Relaktasi"

Gw gak tau istilah yg lebih tepat apa. Secara gw kan masih menyusui Uwais. Tapi keinginan untuk full menyusui tanpa bantuan sufor tiba-tiba kembali datang. Bukannya gw selama ini gak ingin, tapi perlahan gw mulai menerima kenyataan penggunaan sufor untuk Uwais.

Ceritanya, entah kenapa dalam seminggu terakhir udah 3 orang yg tanya ke gw soal konselor laktasi yg bagus dimana. Terus pertanyaan berlanjut pada berhasil atau gak usaha gw ke konselor laktasi tersebut.

Dan gw merasa tertohok. Yap,  benar.  Ternyata gw pake segala obat dokter,  obat herbal,  sampe akupunktur tapi ternyata hal dasarnya gw tinggalin : konsul ke ahlinya, aka konselor laktasi.

Oh, Uwais.  Maafin bunda ya. Bunda akan berusaha lebih giat lagi.

Apakah Anak Gw Lucu?

Saat ini gw merasa Uwais bertambah lucu. Dulu waktu lahir juga lucu, tapi sekarang berkali-kali lipat lucunya. Hp gw sampe sering nge-lag karena kebanyakan foto dan videonya Uwais, haha.

"Sebenernya Uwais ini lucu karena emang lucu atau karena kita orang tuanya sih?"

Gw pernah mempertanyakan itu ke hubby. Dan jawabannya : dua-duanya. Karena Uwais memang lucu, dan kami adalah orang tuanya.

Lalu gw mulai melihat-lihat foto Uwais sejak lahir sampe sekarang. Loh, kok Uwais dulu mukanya gitu banget ya. Loh, kok kecil banget ya. Hahaha.
Ternyata Uwais 3 bulan yg lalu gak selucu yg gw pikir 3 bulan yg lalu.

Jangan-jangan 3 bulan lagi gw berpikir kalo Uwais yg sekarang gak selucu itu.

Nah loh.
Tapi Uwais beneran lucu loh.
Serius.

Thursday, June 11, 2015

Ternyata Gw Tipe Ibu yang...... Posesif!

Uwais 5 bulan, alhamdulillah. Sekarang udah mulai bisa dititip main selama gw mengerjakan pekerjaan rumah. Walaupun belom lama, paling satu jam maksimal 1.5 jam.

Dan bagi gw, itu adalah waktu yg lamaaaaaa banget. Coba bayangin ya, Uwais ini dari brojol sampa beberapa minggu yg lalu hampir 24 jam sama gw. Semua-muanya gw yg urus, dari mandi-main-nyenyen (yaiyalah)-pup-bangun malem, semuanya. Terus sekarang Uwais udah mau sama Uti dan Ajunya. Udah mulai kenal sama Ayah. Kalo nangis dan digendong Ayah udah mau diam.

Langsung dong Bunda meweeeek. Uwais, kami sudah besar naaaaak~

Pernah suatu ketika, kami lagi nginep di depok. Terus hubby ngajakin ke pabrik sebentar. Karena Uwais baru bangun jadi dia ditinggal aja sama Neni dan Opanya. Dan sepanjang perjalanan bolak-balik ke pabrik (gw cuma pergi 2 jam kok), gw ngomongin betapa hampanya pergi tanpa Uwais.

Apakabar kalo Uwais udah batita ya? Gw bakal kalah sama mainan. Hiks.
Kalo udah SD, gw kalah sama temen.
SMA, gw kalah sama cewek.
Terus nikah deh.
Hidup sama istrinya.
Sama anaknya.
Oh Uwaiskuuu..
(Kejauhan ya, ampun)

Terkadang gw suka merhatiin waktu Uwais bobo. Bayi ini udah gede ya. Amazing. Beratnya sekarang udah hampir 3x lipat dari pertama lahir. MasyaAllah.

Maksud gw dari post kali ini adalah : Jangan-jangan bukan Uwais yg butuh Bunda, tapi Bunda yg butuh Uwais.
Ya, pasti begitu.
Bunda sayaaaang banget sama Uwais.
*kiss kiss*
*muahh*

Monday, May 25, 2015

First Anniversary

Telat ya? Biarin deh hihii.

Beberapa minggu sebelum 18 Mei sebenernya gw udah mulai memikirkan "perayaan" 1 tahun pernikahan kami.
Mulai dari cari-cari ide di pinterest, googling first anniversary biasanya ngapain, sampe tanya-tanya ke temen.

Idealnya sih merayakan first anniversary bertiga di suatu tempat. Pergi menginap sehari dan asik berlibur. Ya tapi gak mungkin sih. *lirik bayi*

Terakhir, gw mau beli jam tangan couple aja biar sweet. Maksudnya jam tangan = waktu kebersamaan. Jadi pernikahan itu tentang waktu yg dihabiskan bersama. Ceilah. Ya gitu, deh.

Tapi, setelah cari-cari sana sini, ternyata jam tangan couple yg kece tuh gak murah ya, bo. Bisa abis hampir 5 juta. Ulalaaaa. Secara gw waktu itu lagi mikir-mikir beli sepatu aja seribu kali. Mending beli car seatnya Uwais aja deh.
Jadi gak beli jam tangan dehh. Haha.

Setelah itu gw putar otak, nah gw inget dulu gw suka ber-email-ria pas jaman pacaran, maklum sempet LDR gara-gara gw tinggal kuliah. Hihi.

Yak, gw putuskan untuk ber-email-ria dan ditutup dengan makan berdua romantis. That's more than enough.

Dan gagal, haha.

Pertama, email yg gw bikin gak selesai. Terlalu banyak yg ingin gw ungkapkan sampai akhirnya gak tertulis. Dengan seadanya gw kirim pun gak ada komentar dari sang suami. Jangan-jangan email gw ketumpuk sama email kerjaan yg bertubi-tubi itu?! T.T

Kedua, makan malam berdua kami di warung tenda depan kompleks, bukan di fancy restaurant yg super-mahal-dengan-lilin-dan-dressup. Tapi bagi gw itu adalah makan malam yg sangaaaaat berkesan. Karena sejak punya anak, rasanya kami jarang menikmati makan berdua. Satu hal yg bagi gw agak fail, kami makan malam jam 9 malam dimana Uwais udah bobo dan dititipkan ke mbak asisten (yg belom berani gendong Uwais). Alhasil, selama di warung tenda dan sampai rumah (kami pergi gak lebih dari setengah jam), kami hanya diam dan sama-sama khawatir apakah Uwais bangun atau tidak.
Haha.
Gak lagi-lagi deh ninggal anak kayak gitu. *mami posesif*

Alhamdulillah tetap bahagia dengan selebrasi yg seperti itu.
Mungkin kata orang itu jauh dari kata dan tindakan romantis, tapi bagi gw kualitas waktu yg kami coba luangkan sangat-sangat istimewa. Belom lagi setelah hari itu, rasanya jadi lebih sayang sama Hubby. Ehek ehek.

Wednesday, May 6, 2015

May The Fourth be With You

Uwais 4 bulan! Yeyyyy~
Alhamdulillah 4 bulan sudah terlewati. Uwais makin pinter banyak hal. Mulai dari senyum-senyum yg bikin menggoda, sampe bikin Bundanya gemesss.

Gak kerasa, hampir 6 minggu Uwais pake SNS, artinya selama itu pula Uwais minum ASI+Sufor. Sebenarnya selama sebulan pemakaian berat Uwais udah bisa masuk ke grow chart lagi. Instruksi dari dokter pun sudah harus dikurangi sufornya. Sebelum instruksi itu, gw berhasil mengurangi sufor sampai 150ml/hari (sebelumnya 300ml/hari). Seharusnya makin lama makin berkurang, tapi sesuatu terjadi dengan gw. Bukan secara medis sih, tapi secara mental gw stres. Masalahnya gak bisa gw ungkapin disini, tapi cukup membuat gw stres dan pastinya ngaruh ke ASI. Segala ASI booster yg gw minum, mulai dari dokter kayak domperidone dan nutriflam. Atau obat herbal misalnya mama soya, madu menyusui, hulbah, lactasip, sampai organic milkmaid tea yg impor sudah gw coba. Tapi memang booster paling ampuh adalah bahagia.

Suatu ketika gw pernah pergi sama hubby bertiga Uwais, hari itu ASI gw banyak banget. Sampe malamnya gw harus ganti bra saking ASInya bocor. Pernah juga kami duduk-duduk santai di suatu kafe, bertemu teman, bercengkrama. Dan kejadian serupa pun terjadi.

Apakah gw harus mencoba booster ASI merk herbal terkenal yg harganya 8 juta itu? Atau booster ASI lain yg harganya jutaan? Apakah sampe harus sebegitunya?

Saat ini gw sampai pada titik menyerah. Bukan karena gw gak mendapatkan booater ASI yg baik dan cocok. Tapi lebih ke masalah yg sedang gw hadapi yg justru memperburuk suasana hati. Percuma. Berapa pun domperidone yg gw minum. Berapa pun hulbah yg gw telan. Berapapun mamasoya yg gw tenggak. Akan kalah sama masalah ini.

Maaf ya Uwais, bukan Bunda gak mau berusaha. Bunda tetap minum obat-obat itu. Tapi rasanya Bunda belum siap kalau Uwais menjerit nangis kekurangan minum karena sufornya Bunda kurangi. Kepercayaan-diri Bunda jauuuuuh di bawah sana.

Tapi Uwais, senyuman Uwais adalah ASI dan mood booster paling ampuh bagi Bunda.
Sehat-sehat ya, nak.
Bunda sayang Uwais.

Friday, April 24, 2015

Babbling : After 3 Months

Setiap ibu pasti akan memberikan yg terbaik untuk anak dan suaminya. Istilahnya, mending ibu yg sakit deh daripada anak atau suami.
Saat ini gw lagi diuji lagi masalah breastfeeding. Setelah kombinasi tongue tied dan lip tied itu beres, gw harus mencampur ASI dengan sufor. How come??

Long story short, gw belom berhasil pasang kb IUD. Percayalah, gw udah beberapa kali nyoba pasang sampe bolak balik ke gynecologist.
Sampai akhirnya gynecologist gw putus asa dan menyarankan pake KB suntik. Gw udah berkali-kali tanya apakah ngaruh ke ASI, dan jawabannya gak ngaruh. Lalu apa yg terjadi? Gw pendarahan selama beberapa minggu, dan ASI gw drop.

KB suntik ternyata mempengaruhi ASI untuk orang-orang tertentu. Akhirnya gw harus mencari cara lain untuk menyusui Uwais. ASI gw tetep keluar, tapi gak cukup untuk kebutuhan Uwais sehari-hari. Ujungnya, gw balik ke Dr. Asti di KMC lagi. Setelah drama penjelasan dengan bolak balik masuk ruang dokter, akhirnya gw pun memutuskan pake SNS. Ini sebenarnya adalah metode untuk memancing ASI bagi ibu yg mengadopsi anak namun ingin memberikan ASI. kebanyakan ibu setelah tindakan insisi pada bayi tongue tied pun menggunakan alat ini. Tapi dulu gw gak pake karena Uwais masih dikatakan tumbuh dengan normal. Sedangkan yg pake ini biasanya bayi sudah berada di bawah garis minimum grow chart di usianya atau justru divonis gagal tumbuh.

Lalu Uwais gimana? Awalnya gw curiga karena Uwais bbnya naik gak signifikan ketika ke dr. Ayi. Memang sebelumnya Uwais sempat batuk-pilek selama dua-tiga hari. Tapi tetap aja kenaikan bb yg kurang dari normal ini bikin gw mikir ada sesuatu yg salah. Terlebih Uwais lebih rewel beberapa minggu belakangan. Setelah gw ke dr. Asti (untuk periksa radang di PD kiri), ketahuan lah kalo Uwais berada di luar jalur minimal di growchart-nya.

Hancur hatiku.
Seriously.

Dengan hati-hati dr. Asti menjelaskan masalah dan jalan keluarnya. Gw mengerti, beliau tidak ingin membuat gw terlalu khawatir sampai stres yg akhirnya berujung pada kuantitas ASI yg semakin sedikit. Tapi yg namanya seorang ibu, menerima kenyataan bahwa bayinya bisa dibilang kurang gizi dan harus di suplementasi dengan sufor (yg selama ini menjadi momok paling seram dalam per-breastfeeding-an) itu sangat sangat sangat sulit. Sulit untuk menahan air mata untuk gak nangis saat itu juga. Sulit untuk berpikiran positif agar Uwais tetap mendapatkan yg terbaik. Sulit untuk berdamai dengan diri sendiri, ketika semua tidak berjalan dengan rencana.


Apalagi ketika karena satu dan lain hal, gw sempat berantem dengan suami. Rasa kecewa dengan diri sendiri, rasa sedih, rasa tak mampu, dan segala pikiran negatif lainnya semakin menambah pilu. Gak pernah sedikitpun dalam pikiran gw bahwa gw akan menempuh jalan ini. Ya, gw pernah baca metode SNS ini. Tapi gak pernah gw bayangkan akan gw lakukan dengan Uwais.

Sungguh, keadaan saat itu jauh lebih berat ketika Uwais ketahuan tongue tied dan lip tied. Belum lagi drama merasa-tidak-dilibatkan ketika sampai di rumah. Seolah menambah beban gw. Gw masih belum percaya, masih sulit untuk menerima kenyataan, ditambah berantem sama suami, dan ditambah judgemental bahwa gw gak cerita soal perkembangan Uwais di rumah. Well, apa yg mau gw ceritakan jika gw aja baru tahu saat itu?
Stres. Tertekan. Menjadi satu.

Derai airmata gak bisa gw bendung. Gw benar-benar kecewa, sedih, takut, merasa gak mampu, dan merasa egois dihadapan Uwais. Terlebih suami dengan tegas gak mau memberikan sufor ke Uwais. Apa yg harus gw lakukan?

Alhamdulillah saat ini ada kakak ipar yg lagi tinggal di rumah. Gw sering berbagi informasi dan berdiskusi dengan kakak ipar gw ini. Ditengah tangis airmata gw, kakak ipar gw bilang :" sufor bukan racun, ki. Memberikan ASIX itu sebenarnya ego orang tua kan. Tapi ketika kenyataannya diluar kemampuan kita, dahulukanlah Uwais. Ini demi Uwais."

Dan gw pun tersadar. Gw harus memberikan yg terbaik untuk Uwais. Dalam hal ini memberikan suplementasi berupa sufor.

Gw harus memberikan 300ml/hari suplementasi. Dalam minggu pertama, gw bisa memberikan 50ml sufor dengan 250ml ASIP. minggu kedua 100ml sufor dengan 200 ASIP. minggu ketiga, full sufor karena ASIP gw habis. Lalu apakah semua berjalan lancar setelah minggu keempat ini?

BB uwais bisa ditargetkan mengejar ketertinggalan. Tapi nyatanya gak mudah memberikan sufor ke Uwais. Dia gak suka sama sufor. Satu sisi, baik sekali Uwais cuma suka ASI. Tapi disisi lain, buruk karena ASI gw sedikit. Jadi selama pemberian sufor, gw dan Uwais punya adegan tangis-menangis. Uwais yg nangis atau gw yg nangis.

Apa yg lebih buruk dari bayi yg hanya menginginkan ASI dari ibunya tapi gak bisa diberikan? Apa yg lebih buruk dari ibu yg memberikan sufor sebagai tambahan tetapi ditolak oleh bayi? Bayi gw hanya mau ASI. Titik.
Dia hanya mau mengkonsumsi sufor banyak jika sangat sangat haus. Sisanya entah berapa banyak sufor yg pada akhirnya gw buang.
Jujur aja, untuk target 300ml suplementasi berupa sufor itu sangat sulit bagi gw. Misalnya hari ini, sampai jam 2 siang Uwais masih menolak sufornya. Padahal biasanya pemberian suplementasi sufor gw lakukan dari jam 9 pagi sampai sebelum magrib. Dan gw pun cuma bisa menciumi Uwais yg menangis kelaparan.
Dengan ikut menangis juga.

Kata orang drama breastfeeding itu berakhir di bulan ketiga. Tapi bagi gw ternyata masih terus berlanjut. Tak mengapa, semua tangis dan kegalauan gw langsung sirna begitu melihat Uwais tersenyum.


Wednesday, April 8, 2015

Cinta Buta

Dulu Uwais waktu masih di dalam kandungan gak pake acara Empat-Bulanan atau Tujuh-Bulanan, maklum si mami males rempong hihi. Lagian esensi dari Empat-Bulanan adalah didoakan, karena sudah ada ruh yg di tiupkan. Yasudah, jadi kami mendoakan sendiri aja.

Waktu aqiqah pun gak yg ribet-ribet. Tinggal pesan kambing aqiqah, kirim ke panti asuhan langganan serta kirim doa, maksud dan tujuannya. Alhamdulillah gak pake repot, esensinya pun dapat.

Nah, kemaren Uwais dibikinin Neni pengajian. Bukan pengajian gede-gedean yg pake dekor atau undangan resmi sih. Cuma undang temen pengajian Neni dan beberapa temen gw. Alhamdulillah Uwais banyak di doain. Dan Alhamdulillah lagi, hari itu Uwais super sweet. Mulai dari gak rewel, mau digendong sama orang lain, bahkan doi banyak senyum sampai bikin ibu-ibu pengajian pada gak konsentrasi.

Lagi-lagi gw harus bersyukur, Uwais sekarang udah 3 bulan. Walaupun udah gak ASIX karena satu dan lain hal, dan Uwais sekarang lagi super cranky karena lagi pilek. Tapi perkembangan Uwais sungguh membuat gw bangga.

3 bulan bukan waktu yg sebentar, tapi juga bukan waktu yg lama mengingat jalan panjang yg harus ditempuh. Apa semua sesuai harapan gw? Tentu saja gak. Kesenangan gw sudah diperciki kecemasan ketika gw harus melahirkan dini. Belum lagi masalah breastfeeding yg gak sesuai harapan sampai saat ini.

Teringat nasihat Neni waktu gw galau masalah ASI, "Membesarkan anak itu gak pake rumus, tapi pake feeling seorang ibu". Ya memang, setelah "keceriaan" tentang breastfeeding yg terakhir terjadi, gw mengakui bahwa keputusan tetap ada di gw. Gw ibunya, gw akan memilih yg terbaik untuk anak gw. Gak peduli apa kata orang.

Disisi lain, gw sangat bersyukur atas hadirnya Uwais dipelukan gw saat ini. Walaupun masih harus melewati malam-malam yg diinterupsi oleh memyusui dan ganti popok, walaupun penuh air mata dan drama, walaupun capek hati, pikiran, dan badan. Tapi dengan senyuman Uwais semua bisa sirna. Ini ya yg namanya cinta buta? Hihihi

Saturday, March 28, 2015

Arti 5 menit

Selama 2 bulan 3 minggu 4 hari (well, kenapa harus sedetail ini sih?), gw merasa 5 menit itu sangat berarti. Dulu, waktu kuliah 5 menit menuju pengumpulan tuh rasanya udah jungkir balik kayang-kayang buru-buru ngumpulin tugas. Sekarang 5 menit aja rasanya membahagiakan.
Contohnya gini.

Gw lagi makan. Baru megang piring, mau ambil nasi udah terdengar bunyi "Ngeeeeek", tangisan sang anak lanang.
Alhasil makannya jadi buru-buru gak pake kunyah. Hap hap hap.

Lain lagi pas lagi mandi. Gw harus bolak balik matiin shower buat memastikan apakah sang anak lanang beneran nangis atau emang cuma dalam khayalan gw doang. Yak betul, default di kuping gw adalah tangisan anak lanang. Jadi gw harus konsentrasi penuh atau tanya ke orang apakah sang anak menangis atau otak gw yg menakut-nakuti.

Paling gak enak adalah kalo lagi pup. Jangan tanya deh berapa kali harus nge-pause atau bahkan nge-cancel pup selama hampir 3 bulan terakhir. Gak sehat emang, tapi jeritan anakku sangat memilukan.. huhu.

Nasib sang anak lanang nempel mulu sama mami.
Disyukuri aja.
Toh gak selamanya dia akan kecil segini dan minta dipeluk digendong disusuin terus.

*kisskisss

Friday, March 6, 2015

Nempel Kayak Perangko

Uwais dua bulan!

Another up and down already past. Fyuuuh~

Bukannya gw gak menikmati masa-masa indah awal jadi ibu ya. Tapi emang penuh dengan drama sih. Temen gw pernah bilang, kalo masa 3 bulan pertama bakal heboh. Setelah lewat dari itu, lo akan merasa kalo 3 bulan awal itu konyol bin norak banget.
Oke. I'll wait the time i laugh so hard about my past 3 months.

Perkembangan apa yg terjadi?

1. Kemaren udah mulai catch up imunisasi yg tertunda. Hore!

2. Seminggu yg lalu BB udah menginjak 3.5kg, semoga terus naik ya Uwais! Amin.

3. Nyenyen masih agak sakit, beberapa hari ini Uwais lagi suka mainan puting. Tarik-ulur ini bikin gw kremet-kremet, deh. Apalagi doi lagi suka nyenyen sambil bobo. Jadi walaupun udah bobo maunya tetep nyantol gitu. I'm thinking about pacifier, hmmm am i lame? Huh.

4. Mulai bisa diajak ngobrol. Suka ngeluarin suara2 lucu. Kalo nyenyen juga suka bergumam sendiri hihi.

5. Alhamdulillah udah mulai tenang. Gak dikit-dikit nangis lagi. Jadi udah bisa mulai bergaul sama kakak-kakak sepupunya.

6. Bunda udah berani bawa Uwais ke mall. Uyeaaah.

7. Udah bisa tengkurap ke telentang dan telentang ke tengkurep walau baru beberapa kali. Kecepetan gak sih?

8. Masih jadi anak Bunda yg hebohnya berenti kalo Bunda yg gendong.

9. Kalo pijet dan mandi udah gak nangis, tapi kadang kalo diangkat dari ember malah nangis jerit-jerit.

10. Lebih sering senyum dan ketawa. Oh, beban Bunda langsung lenyap nyap nyap, nak.

Hmm. Well, mboknya belom KB, alamak hahaha. Bukan karena kemalesan kok, tapi dokternya yg susyeee. Beneran deh gak boong.

Oya, gw mulai ikut forum untuk anak prematur, breastfeeding, dan AIMI. Semoga makin membantu gw dalam mengahadapi Uwais. Hup! Hup! Hup!

Friday, February 6, 2015

One Month!

Uwais udah sebulan!
Antara kerasa dan gak kerasa sih.
Tapi....
Sekarang sebulan,
Bentar lagi Uwais asik main sepeda,
Terus Uwais heboh mau sekolah,
Dan nanti konsultasi mau kuliah dimana,
Tiba-tiba minta dilamarin ke seorang wanita.
Nooooooooooo.
*emak lebai*

Time flies, baby.
Apa progresnya?

1. Gw masih berjuang ngebenerin proses menyusui Uwais yg masih angot-angotan. Kadang sakit, kadang gak. Ya buat Uwais mah yg penting Nyoooot.

2. Uwais nekat ngangkat-ngangkat kepalanya kalo lagi ditengkurepin. Bisa sekitar 45 derajatlah. Walaupun masih oglek-oglek. Nyeremin sih menurut gw.

3. Bisa miring kanan-kiri. Gw menunggu proses doi bisa tengkurap sendiri. Apa terlalu cepet ya?

4. Gw udah berani mandiin Uwais, horeee.

5. Beratnya udah nambah sekitar 800gr. Tapi masih dibawah target gw sih. Ayo, nak nyenyen lebih banyak!

6. Tingginya udah nambah 5 cm. Hihi

7. Alhamdulillah, selain tongue tied dan lip tied, Uwais sehat wal'afiat.

8. Gw masih begadang, walaupun sekarang udah lumayan lah bisa tidur lebih banyak. Gak cuma sejam-dua jam kayak minggu-minggu awal.

9. Beberapa kali Uwais udah mulai ngikutin arah wajah. Masih harus di latih lagi sih.

10. Si anak bau tangan sekaleee. Rata-rata cuma mau diem kalo gw gendong. Wah manja sama mboke nih maksudnya? Come to mama, baby~

Gw mulai mikirin beberapa hal mulai dari yg gak penting sampe penting banget. Misalnya kapan Uwais mau dicukur, kapan mau di sunat, atau gw mau pake KB jenis apa. Hmm, mari mari kita perhitungkan dengan baik.

Nah, setelah satu bulan, alhamdulillah pahanya udah mulai keisi. Gak kayak paha ayam lagi kalo kata suami (ayah emang suka gitu, Uwais. Jitak ayah!)
Dan sekarang jadi makin mirip ke siapa ya?

Thursday, February 5, 2015

Sensitive Mood

Beberapa hari belakangan ini gw lagi sensitif banget deh.
Mungkin komplikasi dari capek, kurang tidur, dan pusing abis mikirin Uwais yg rewel kemaren kali ya.

Waktu rewel, Uwais bener-bener gak bisa lepas dari gw. Bobo maunya di gendong, kalo ditaro di kasur gak ada 5 menit langsung nangis. Siang dan malem kayak gitu. Belum lagi kalo dia nangis jerit-jerit kayak dicubitin tuh bisa bikin panik dan stres. Kadang sama orang lain pun gak mau, Uwais baru diem setelah gw gendong.

Beberapa hari belakangan gw lumayan terbantu dengan adanya suami di siang hari. Alhamdulillah dengan kerjaan yg fleksibel doi bisa di rumah. Gw jadi bisa ngelurusin badan dan beberes sedikit lah. Tapi kalo suami gak ada, yaaa Bunda milikmu seutuhnya Uwaissss fufufufu.

Bosen? Yup. Gw mulai merasakan bosen dan jenuh. Pengen pergi-pergi. Pengen bisa mandi lebih dari 5 menit. Pengen ke salon buat perawatan. Pengen jalan-jalan rileks ke mall atau ke taman. Pengen melepas penat ke Bandung. Pengen hahahihi sama suami dan temen-temen. Gw gak masalah bawa Uwais, tapiiii yg gw masalahkan adalah Uwais masih terlalu kecil.

Call me old-fashioned. Tapi gw berkewajiban melindungi anak gw yg prematur, lahir dengan berat badan kurang, daaan kemungkinan punya alergi besar. Terlebih lagi di rumah lagi pada flu. Jadilah gw ngegorojok Uwais pake ASI, sambil berdoa Uwais gak ketularan. Amin amin amin.

Nah, buntutnya gw jadi sensitif banget. Gw lagi males basa-basi sama orang. Gw lagi males denger orang komentar. Gw lagi males pokoknya deh.

Hal yg kecil pun jadi gede. Dikomentarin dikit aja rasanya sebel. Apalagi kalo secara sadar denger bokap lo diomongin. Oh, come on. I can barely heard that. Terus gw harus pura-pura budek? Pura-pura gak tau? Pura-pura mati?
Ah, i hate this situation.
Please stop complaining about me.

Gw juga males kalo di banding-bandingin. Bisa loh gw jadi sebel waktu suami bilang "bayi dulu juga di gituin tapi sampe sekarang gak apa-apa kok". Dalam segala sisi, gw akan cari tau dan baca pokok permasalahannya dulu. Gw gak gampang terima jawaban kayak gitu. Dari hadist juga udah dikasih tau bahwa segala sesuatu itu serahkan pada ahlinya. Nah, jawaban yg kayak suami gw bilang itu menurut gw gak berdasar, opinion based banget. Kata siapa gak apa-apa? Alhamdulillah kalo dalam kasus itu si bayi gak apa-apa. Tapi kalo sekarang kedokteran aja bilang sebaliknya ya berarti ada laporannya kan? Misalnya gini : jaman dulu gak masalah di kasih MPASI dini. Bahkan hari kesekian pulang dari RS udah disuapin pisang. Nah, taukah kamu kalo MPASI dini bisa menyebabkan kematian? Datanya ada kok, monggo di google aja. Atau contoh lain misalnya anak dulu gak apa-apa dikasih bedak biar wangi. Kalo sekarang gw gak mau kasih bedak, berhubung anak gw nafas aja grok grok gitu, apalagi gw ada asma. Boleh dong, gw memperkecil kemungkinan bayi gw kena alergi atau asma atau bahkan SIDS (sudent infant death syndrome)?

Begitulah. Hal kecil aja rasanya bikin gw gemesss. Rasanya pengen nangis bombai *apa sih*.

Tapi beneran deh, please stop complaining about me. I'm not robot, i'm only a super woman. Ceileh.

Wednesday, February 4, 2015

"Happy" Breast Feeding Part 1

It is all about breastfeeding!

No body says it will easy.
But....

Gw gak nyangka ini bakal se-drama itu.
Errrr.

Uwais di NICU selama 6 hari, sehari terakhir dia di diagnosa juandice atawa kuning. Hasilnya adalah drama pumping bolak balik ke RS dan berakhir dengan gw yg menyerah pada sufor. Jujur aja itu adalah keputusan yg sangat berat. Tapi menurut gw resikonya jauh lebih kecil, insyaAllah.

Sesampainya di rumah, gw baru menyusui Uwais dengan sebenar-benarnya. Gw diajarin sama kakak ipar gw tentang gimana cara latch on yg bener (selain itu gw udah baca-baca juga). Begitu Uwais nemplok dan ngenyot, rasanya WOOOOOOW. Nyeri-geli aneh gitu ya.
Gw emang tau selama minggu awal proses menyusui bakal cenderung sakit dan ada kemungkinan untuk lecet. Nah, itu yg terjadi sama gw. Bukan cuma sekedar lecet, tapi tau kan kalo gunung meletus tuh ninggalin kawah yg menganga? Itu yg terjadi sama puting gw. Sampe saking sakitnya akhirnya gw pompa dan yg terjadi adalah dari hasil pompaan ngalir asi dan darah. Ulalaaaaa~
Rasanya? Hohohohoo luarrrr biasaaaaaa.

Sampe-sampe setiap kali nyusuin Uwais ada si suami, kaki suami lah yg akan gw remet-remet plus tendang-tendang. Suami gw sampe gak tega dan nyuruh mending di pompa terus diminumin pake cup feeder aja dari pada ngeliat gw meringis nahan sakit. Tapi yah namanya seorang ibu, mending sakit sedikit (?) dari pada gw melewatkan masa-masa bonding sama Uwais.

Sebenernya gw udah rada curiga sama kondisi lecet gw. Kalo gak gw yg salah latch on atau Uwais kena tongue tied. Tapi dari kunjungan Uwais buat imunisasi ternyata Uwais tuh nambah beratnya sekitar 500 gr untuk 2 minggu. Dimana itu lumayan banget. Maka kemungkinan tongue tied pun gw coret. Tapi eh tapi. Drama baru saja dimulai sodara-sodara.

Uwais mulai rewel secara berkala. Puncaknya, doi rewel selama seharian. Yup, seharian. Bahkan bobo malem pun harus gw gendong, dimana ini gak biasa banget.

Setelah gw perhatikan, feses Uwais jadi agak ijo beberapa hari terakhir. Gw cari tau ternyata doi bisa jadi kekurangan lemak (ASI bagian akhir itu disebut hintmilk yg kaya lemak. Sedangkan bagian awal disebut Foremilk yg kaya protein). Nah, ini menjawab keadaan payudara gw yg tiba-tiba jadi sering bengkak beberapa waktu ini. Kondisi ini terjadi kemungkinan karena uwais nyenyen gak tuntas jadilah bengkak.

Selain itu, gw perhatikan uwais jadi beberapa kali gumoh, padahal sebelumnya gak pernah, loh. Gumoh ini indikasi ada kelainan klep perut, atau terlalu banyak minum ASI, atau ada udara di perut.

Nah, mendapati Uwais yg kayak  gitu, gw kekeuh buat ke dokter. Walaupun orang-orang rumah merasa Uwais wajar aja, cuma manja. Tapi bagi gw ada sesuatu yg salah sama Uwais. Jadilah gw ke dr. Ayi. 

Gw ceritain kondisi gejala di Uwais yg gw temuin. Mulai dari ciri-ciri yg gw sebutin sebelomnya, sampe kecurigaan gw sama penisnya yg mungkin tersumbat.

Dan ternyata dr. Ayi menemukan lip tied dan tongue tied. Lip tied adalah keadaan dimana bibir atas Uwais ada ikatan dengan gusi atas bagian depan. Sedangkan tongue tied adalah kondisi dimana lidah Uwais terikat dengan langit-langit bangian bawah. 

Efeknya apa? Efeknya banyak. Uwais gak bisa menggerakkan dengan maksimal bibir dan lidahnya. Inilah yg bikin gw lecet sampe berkawah. Selain itu, ASI yg dia dapetin gak maksimal karena gerak untuk mendapatkan ASI itu terbatas. 

Yak, gw langsung direkomendasiin ke Dr. Asti Purborini di KMC untuk tindakan insisi atau simpelnya di guntinglah kedua yg terikat itu.


Gimana prosesnya akan gw ceritain di Part 2. Hehe

Wednesday, January 21, 2015

Early Surprise : NICU dan Jaundice

Memiliki bayi prematur menurut gw sangat sangat menantang. Punya bayi yg normal aja pasti menantang apalagi yg ini, membutuhkan ekstra hati-hati dan kesabaran.
Uwais hanya IMD basa-basi karena tubuhnya yg terlalu kecil. Termasuk bayi dengan berat badan dibawah 2500g, jadi harus segera masuk NICU. InsyaAllah dengan IMD basa-basi pun gw akan tetap berusaha menyusui Uwais nantinya. Amin.

Alhamdulillah dengan niat yg sangat besar, walaupun gw melahirkan secara sesar, gw mengalami perkembangan penyembuhan yg sangat pesat. Ketika masih di ruang observasi pasca operasi gw sudah bisa menekuk kaki, malamnya gw udah bisa miring kanan-kiri, subuh keesokan harinya gw udah bisa ke kamar mandi sendiri. Dan siangnya gw udah bisa mengunjingi Uwais di ruang NICU.
Memang sakit, tapi rasanya gw gak tega untuk gak ketemu sama bayi gw yg sendirian di NICU. Melihatnya dengan selang melintang terpasang disana dan disini membuat gw punya kekuatan baru. Gw harus kuat, ASI gw harus keluar untuk anak gw. Dan, alhamdulillah pada hari pertama ASI gw mulai keluar walau sedikit banget.

Di hari ketiga gw udah bisa pulang sementara Uwais masih harus di NICU, walaupun semua hasil tesnya baik, tapi Uwais masih membutuhkan observasi lebih lanjut. Gw paham, Uwais terlalu muda dan dokter suster ini gak akan sembrono membiarkan Uwais keluar dari NICU. Akhirnya gw pulang tanpa Uwais, hampa sekali rasanya. Kayak gak abis melahirkan, deh. Pulang tapi gak ada yg bisa digendong. Sabar, ya nak. Nanti Bunda dan Ayah akan jemput Uwais untuk pulang.

Selama gw di rumah dan Uwais di NICU, suami gw yg bertugas bolak balik hampir tiap 3 jam ke RS demi mengantar ASI. Berhubung ASI gw belom banyak tapi Uwais harus minum jadilah malam hari, dini hari, sampai sebelum subuh pun suami yg mengantar ASI. Alhamdulillah punya suami yg baik dan pengertian, huhuhu.
Hari keempat, Uwais kena Jaundice atau biasa dikenal dengan penyakit kuning. Sediiiiiih banget rasanya. Dr. Yenny menawarkan untuk disinar dulu baru besok siang boleh pulang. Sebenarnya Uwais gak terlalu kuning, kadar bilirubinnya mepet ke arah normal, tapi untuk pencegahan saja biar gak semakin parah.

Suster pun mengingatkan bahwa Uwais akan merasa haus terus menerus, sehingga ia akan membutuhkan ASI jauh lebih banyak. Gw menyanggupi. InsyaAllah, demi Uwais apapun akan gw lakukan.

Gw dan suami bolak balik ke RS untuk mengantar ASI, puncaknya gw sampai diam di mobil yg di parkir di RS untuk memompa ASI hingga jam 2 pagi. Dan jam 2 pagi itu tak ada lagi ASI yg keluar. Kedua puting sudah lecet karena dipompa terus menerus dan badan gw pun udah lemah tak bertenaga efek penyembuhan abis operasi. Sudah gak bisa lagi gw rasakan sakitnya jahitan pasca operasi, yg ada hanya bagaimana agar gw banyak makan dan minum agar bayi gw cukup ASI.

Akhirnya gw menyerah pada keadaan. Jam 2 malam suster menelpon dan menginfokan kalau persediaan ASIP Uwais sudah habis. Gw yg ketika itu masih di parkiran hanya bisa lemas, bagaimana ini? Pilihannya hanya dua : anak gw dehidrasi dengan kekeras-kepalaan bundanya akan ASIX, atau gw berikan sufor yg mana gak sesuai dengan idealisme gw. Suami gw meyakinkan bahwa gw lah ibu dari Uwais. Gw yg paling mengerti keadaan anak gw. Terbayang Uwais yg disinar menangis meraung-raung kelaparan saja membuat gw ingin menangis. Akhirnya gw putuskan dengan menggunakan sufor. InsyaAllah gw sudah berusaha, selanjutnya gw akan tambah berusaha, bismillah.

Setelah gw lemas selemas-lemasnya gw dan suami memutuskan pulang dan istirahat. Dengan tekat yg kuat gw akan tidur nyenyak terus pumping pas subuh nanti. Well, pada akhirnya gw baru bangun jam 5 lewat dan langsung pumping. Maafin Bundamu ya nak.

Setelah drama ASI semalaman, senin siang Uwais bisa dibawa pulang. Ini lah saatnya! Gw baru bener-bener ngerasa abis ngelahirin waktu bawa Uwais pulang. Rasanya nano-nano deh. Antara seneng campur degdegkan, campur sakit jahitan, campur khawatir, campur campur!

Nah, konon katanya waktu pulang ke rumah inilah kehidupan sebenarnya jadi ibu baru dimulai.

Yuk, mari kita berdoa bersama biar lancar car car..

Misi pertama : naikin berat badan Uwais!
Misi kedua : ASIX!

Hupplaaaaaaa~

Early Surprise : Cerita Pertama untuk Anakku

Dear Uwais kesayangan Bunda,

Nak, bacalah cerita ini ya. Bunda akan menceritakan kisah kelahiranmu yg penuh dengan kejutan.

Selasa malam, setelah Bunda dengan suka cita mempersiapkan kamar untuk kedatanganmu, Ayah dan Bunda pun terlelap. Namun lewat tengah malam, Bunda tiba-tiba merasa mulas yg aneh untuk pertama kali. Tapi Bunda memilih untuk kembali tidur karena Bunda pikir itu hanyalah mulas biasa. Maklum, nak. Bunda juga belum mengerti perbedaan mulas biasa dan mulas mau melahirkan. Lagipula tak ada curiga jika itu sebuah tanda darimu, mengingat usiamu yg masih 35 minggu. Tak lama mulas kedua pun muncul. Saat itu sekitar jam setengah 2 malam. Ketika Bunda hendak melanjutkan tidur, tiba-tiba Bunda merasa ada sesuatu yg mengalir. MasyaAllah, mungkin ini yg disebut ketuban bocor. Bunda langsung membangunkan Ayah, Alhamdulillah Ayahmu sigap sekali, nak. Tak menunggu lama, rembesan kedua mengalir lebih banyak. Bunda dan Ayah pun segera memutuskan ke RS Awal Bros.
Alhamdulillah, Bunda sudah mempersiapkan tas untuk kepentingan persalinanmu, sehingga kami pun tidak panik.

Sesampainya di UGD, Bunda dan Ayah dibawa ke ruang Observasi VK. Setelah diperiksa dan dilaporkan ke Dr. Wulan, bidan memberitahu kalau kamu harus dilahirkan karena ketuban sudah bocor dan pembukaan sudah 2.
Rasanya perasaan Bunda langsung campur aduk. Kamu masih 35 minggu, apakah kamu sudah siap nak? Apakah Bunda salah melakukan sesuatu sehingga ketuban mengalami kebocoran dini? Semoga kamu baik-baik saja, anakku.

Segala pikiran negatif mulai menyerang Bunda. Apakah Bunda siap? Apakah kamu siap? Alhamdulillah Ayah selalu menemani Bunda dan menguatkan hati Bunda. Bismillah, jarum infus mulai dipasang, induksi dosis kecil sudah diberikan. Kami tinggal berdoa semoga persalinan ini berjalan lancar.

Uwais, anak Bunda yg paling sholeh, ternyata induksi yg seharusnya mulai bertahap setiap jam berlaku berbeda di tubuh Bunda. Saat itu Bunda masih bersama Ayah, berdua saja di bilik ruang observasi. Ayah dengan setia menenangkan Bunda sambil membacakan almatsurah seperti setiap pagi Bunda bacakan untukmu. Mulas sudah menyerang Bunda lebih dari 3x perjamnya. MasyaAllah, nak. Sungguh, ini adalah mulas yg tak pernah Bunda rasakan sebelumnya. Menjelang jam 6, bidan memutuskan untuk menghentikan induksi karena progres mulas yg terlalu cepat. Dikhawatirkan akan melukai perut Bunda dan kamu.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 ketika pemeriksaan CTG menunjukan aktifitas jantungmu menurun, pembukaan pun masih 2, sementara Bunda sudah merasakan mulas 3x setiap 20 menit. Penantian yg luar biasa bagi Bunda. Rasanya Bunda ingin menangis dan menjerit merasakan mulas ini, namun Bunda ingat kalau Bunda membutuhkan tenaga yg banyak untuk mengeluarkanmu nanti. Nak, bertahanlah. Bunda hanya bisa menahan sakitnya sambil berzikir. Ayahmu disamping Bunda, memberikan kekuatan dan dorongan untuk bertahan, sementara Neni yg sudah datang ikut berzikir dan menenangkan Bunda.

Dr. Wulan baru datang sekitar jam 10 dimana Bunda sudah mulas maksimal. Berkali-kali Neni mengingatkan untuk tidak berusaha mendorongmu. Melihat Bunda yg kepayahan, sementara aktifitas jantungmu tak membaik dan pembukaan yg masih stagnan, Dr. Wulan meminta untuk melakukan sesar jika pemeriksaan jam 11 nanti masih tak ada perubahan.

Bunda mulai susah berkonsentrasi antara zikir dan mengaplikasikan pernafasan perut yg sudah dilatih ketika senam hamil. Lewat jam 11, setelah pemeriksaan yg menunjukkan tak ada perubahan berarti, Bunda diminta bertahan hingga jam 1 siang. Saat itu mulas sudah 3x per 10 menit. Segala pikiran negatif mulai menyerang Bunda lagi. Bagaimana jika kamu tak bisa bertahan? Mengapa pembukaan tidak ada progres? Bagaimana jika Bunda tak bisa menahan rasa sakit ini? Bunda rasanya ingin marah-marah. Bunda ingin memaki, mengaduh, dan merintih karena sakit yg semakin jadi ini. Tapi Bunda tak ingin kamu mendengar kata-kata yg tak pantas di hari kelahiranmu -dan seterusnya kelak-.

Mama Teta dan Ayah Tata sudah pulang lebih dulu. Ayahmu yg tadi pergi sebentar untuk menyelesaikan urusan kampus pun sudah kembali ke samping Bunda. Aju dan Uti sudah kembali dari umroh, mereka sudah diperjalanan menuju RS.
Neni senantiasa menemani sementara Opa sudah diperjalanan dari kantor menuju RS.
Nak, apalagi yang kamu tunggu? Semua sudah menunggu kedatanganmu.

Jam 1 siang terasa lama bagi Bunda. Setelah pemeriksaan yang juga tiada progres, hanya kuantitas dan kualitas mulas yg semakin tajam saja yg berubah. Akhirnya Ayah dan Bunda menyetujui untuk dilakukan operasi karena hasil CTGmu tidak membaik.

Waktu berlalu dengan sangat lambat, terlebih sejak persiapan operasi Ayahmu tidak diizinkan masuk ruangan. Padahal sebelumnya pihak RS mengizinkan suami untuk turut hadir di ruang operasi. Bunda sedih sekaligus bersyukur, Ayahmu tak perlu melihat saat-saat yg pastinya menyeramkan di ruang operasi. Disisi lain, Bunda sedih tak ada Ayah yg menemani.

Pertama kali Bunda masuk ke ruang operasi, rasanya asing dan dingin. Di ruangan ini, segala hal bisa terjadi. Kelahiranmu bisa jadi kepergian Bunda, hanya kepasrahan dalam zikir yg terus menerus Bunda lantunkan. Semoga kamu sehat tanpa kurang satu pun, nak. Doa Bunda siang itu begitu mendalam.

Ketika rasa sakit mulai menghilang akibat anestesi yg bekerja. Ketika tubuh menggigil sedemikian rupa. Ketika Bunda sudah tak peduli siapa saja dan apa yg mereka lakukan pada tubuh Bunda. Ketika hanya lantunan zikir yg lirih Bunda ucapkan. Maka saat itulah suara tangis itu memecah hiruk pikuk ruang operasi. Tangisan pertamamu pada pukul 14.17.

Sungguh, nak. Rasanya semua sakit 12 jam yg lalu menghilang. Semua pegal selama 35 minggu yg lalu sirna sudah. Alhamdulillah, satu kecemasan Bunda langsung terjawab. Tangisanmu yg kencang menandakan jantungmu sehat dan sempurna.

Diantara kesadaran yg mulai Bunda kumpulkan lagi, Dr. Yenny meminta untuk melihat ke kiri. Disitu dirimu sedang dibersihkan, menggigil ditengah ruangan yg dingin. Kakimu yg meronta dan tangisanmu membuat Bunda mempunyai kekuatan kembali. Tunggu ya nak, nanti Bunda akan memelukmu agar kamu tak kedinginan lagi.

Bunda diberitahu bahwa keputusan untuk operasi ini sangat tepat, walaupun sedikit telat karena Bunda sudah merasakan sakit selama 12 jam. Ternyata tali pusarmu pendek, nak. Itulah sebabnya kamu tak bisa mendorong lebih jauh sementara ketubanmu sudah tinggal sedikit. Alhamdulillah, jika masih dipertahankan entah apa yg terjadi nanti, nak.

Pasca operasi, Bunda diberi kabar bahwa kamu harus masuk NICU karena prematur dan harus di observasi. Rasanya sedih sekali, nak. Melihat selang oksigen dan selang lambung melintang di wajahmu sementara ditanganmu harus dipasang infus untuk menstabilkan glukosa. Bunda ingin memelukmu, memberikan kekuatan agar kamu tak merasa sakit. Bunda ingin cepat sembuh, agar bisa secepat mungkin menemuimu. Bunda dan Ayah mengunjungimu secara berkala, berharap dokter segera mengizinkanmu pulang. Alhamdulillah dengan izin Allah Bunda sembuh lebih cepat dan bisa pulang. Sayangnya kamu masih harus menginap di NICU. Ayah dengan sabar bolak balik ke RS untuk mengantarkan ASI untukmu. Beruntunglah kamu memiliki Ayah yg penuh perhatian padamu, tak peduli walau dinihari atau sebelum subuh berkumandang, Ayahmu sudah pergi ke RS untuk mengantarkan ASI.

Hari keenam, alhamdulillah kamu sudah boleh pulang. Keajaiban yg Allah berikan karena kamu bisa kembali kepada kami lebih cepat. Semua organ tubuhmu lengkap, sehat, dan sempurna walaupun kamu lahir lebih cepat.

Uwais, anak Bunda yg tercinta. Selamat datang di kehidupan dunia ini. Bunda dan Ayah insyaAllah akan selalu menyayangi dan mendampingimu. Kami akan berusaha memberikan yang terbaik untukmu. Hari ini, 14 hari yg lalu, merupakan karunia terbesar bagi kami. Maka kami membayar aqiqahmu hari ini, sebagai bentuk syukur atas pemberian Allah.

Bekasi, 21 Januari 2015
Penuh Cinta,
Ayah dan Bunda