Monday, January 23, 2017

Part 1 : Umroh Ketika Hamil dan Membawa Batita

Setelah sekian lama akhirnya mengisi blog lagi, horeeeeee.
Kali ini gw akan bercerita tentang pengalaman umroh ketika hamil 6 bulan sambil membawa batita.
Apaaaa, hamil?
Yup, saat ini gw lagi hamil 6 bulan++ makanya lagi males banget untuk mengisi blog (alasan sih, hahaha).

Semua berawal dari pertengahan desember 2016 dimana mertua gw pengen banget jalan-jalan lengkap sekeluarga, komplit dengan bumil dan busui yang satu paket sama bayi 3 bulan. Awalnya kami akan ke Turki, tapi karena satu dan lain hal tujuan pun berganti menjadi umroh.

Wooowww, siapa yang menolak diajak umroh? Gw yang saat itu lagi hamil aja udah langsung degdegkan bahagia.
Kok berani sih Umroh saat hamil? Berhubung gw sudah pernah Umroh saat hamil Mas U (saat itu hamil 6 minggu), jadi gw merasa tantangannya justru saat membawa Mas U yang sedang aktif daripada membawa bumil. Karena suami setuju dan gw pun insyaAllah merasa mampu, maka kami pun memantapkan hati untuk ber-Umroh.
Singkat cerita kami memutuskan untuk berangkat pertengahan januari 2017 dengan travel langganan. Berbagai persiapan gw lakukan, mulai dari persiapan membawa batita 2 tahun yang lagi aktif-aktifnya. Persiapan bawa bumil yg akan aktifitas padat, perjalanan panjang menggunakan pesawat dan jalur darat dan lainnya. Hingga persiapan mental bersama suami untuk tetap bekerjasama no drama selama umroh. (Tips akan gw bahas di Part 3, ya)

Perjalanan dimulai di bandara Soekarno-Hatta menuju Medina dengan transit di Abu Dhabi menggunakan Etihad. Rombongan kami terdiri dari bumil (gw) bersama suami dan anak 2 tahun, busui (kakak ipar) bersama suami dan ketiga anaknya (6 tahun, 4 tahun, dan 4 bulan), serta kedua mertua. Tantangan pertama dimulai ketika pesawat kami take off jam 6 sore dimana anak-anak diprediksi masih dalam keadaan segar, bugar, bertenaga dan berkumpul bersama sepupu-sepupunya. Gw dan kakak ipar sepakat waktu tidur siang anak-anak akan dipercepat yaitu sebelum zuhur. Sayangnya, rencana gw gagal karena Mas U keburu ngantuk jam 9 dan baru bangun hampir jam 11 siang, huhuhu. Akhirnya dengan berat hati gw mencoba membuat Mas U gak tidur siang lagi biar tidur langsung di pesawat.

Sebelum naik pesawat, gw sudah menyuapi Mas U dan mengganti pospak serta bajunya. Sehingga nanti dia dalam kondisi kenyang dan bersih siap untuk bobo ganteng di pesawat. Alhamdulillah, sesuai dengan rencana, Mas U anteng di pesawat. Bahkan mainan yang gw siapkan gak terlalu berpengaruh karena dia lebih memilih nonton sebentar kemudian bablas tidur sampai di Abu dhabi. Keseruan baru dimulai ketika di pesawat menuju Medina dimana menjelang jam 3 pagi dan Mas U lagi ngantuk-ngantuknya memilih untuk tidur sambil dipeluk padahal sebentar lagi pesawat akan landing. Seorang pramugari sampai bolak-balik mengingatkan untuk mendudukan Mas U di kursinya karena pesawat benar-benar segera mendarat. Akhirnya tangisan Mas U pun pecah seiring pesawat yang mendarat. Dramatis ya?

Medina

Alhamdulillah, sesampainya di darat tidak ada kejadian yang terlalu heboh. Kami melewati imigrasi setelah hampir 2 jam, itu pun akhirnya ada petugas yang mendatangi kami untuk melewati bagian prioritas. Tak terbayangkan harus melewati imigrasi tanpa prioritas dengan membawa balita-batita-bayi yang sudah kelelahan dan bosan menunggu.

Gw sampai di hotel jam 6 pagi dimana jamaah shalat subuh sudah bergegas kembali ke hotel (subuh 05.45). Setelah mandi dan bersih-bersih, gw membawa Mas U untuk sarapan dan kemudian istirahat seharian.

Sebelum berangkat, gw dan suami sepakat bahwa Mas U akan dibawa ke Masjid oleh Ayahnya berhubung gw dalam kondisi hamil yang tidak diperkenankan untuk menggendong Mas U sama sekali. Jadi gw mempersiapkan beberapa buku dan mainan yang bisa menjadi teman main selama Ayahnya ibadah. Gw beranggapan bahwa kebutuhan bermain dan istirahat anak harus tetap dipenuhi agar anak merasa perjalanan ibadah seperti Umroh ini menarik dan asik.

Selama di Medina gw gak jalan-jalan. Hanya sekitar Masjid dan Hotel dimana jaraknya hanya 100m, alhamdulillah sangat dimudahkan sehingga gw bisa maksimal ibadah (dengan takaran membawa anak dan sedang hamil loh, ya). Gw sempat ikut city tour walaupun untuk ke tempat seperti Gunung Uhud gw hanya di bis. Sedangkan untuk kunjungan ke Masjid-masjid gw berusaha untuk tetap turun dan shalat. Selain itu gw gak pergi-pergi mengingat perjalanan Umroh sesungguhnya baru akan dimulai ketika di Mekkah. Lebih baik berhati-hati daripada menyesalkan?

Pada hari ketiga di Medina gw dan rombongan bersiap perjalanan menuju Mekkah menggunakan bis. Selama perjalanan gw cukup shock karena tiba-tiba mimisan. Gw bukan tipe yang gampang mimisan, hanya 2x seumur hidup gw mimisan : pertama saat 2 hari setelah pulang Umroh ketika hamil Mas U, dan kedua ketika akan Umroh saat hamil 6 bulan. Panik-gak panik sih, tapi setelah gw pikir mungkin karena kecapean (bagaimanapun gw habis menempuh perjalanan panjang) perubahan suhu drastis (Medina saat itu 15*-20* sedangkan Mekkah 30*), dan gw mengurangi minum demi mengurangi rempong ke kamar mandi karena perjalanan darat lebih dari 6 jam (maklum udah mulai beser hahaha).

Sesampainya di Mekkah, alhamdulillah mimisan sudah berhenti jadi kami langsung beberes dan makan malam sebelum memulai Umroh.
Cerita berlanjut ke Part 2 ya :)

Part 2 Mekkah hingga sampai ke Indonesia
Part 3 Tips and Trick


3 comments:

  1. Assalamu'alaikum.. kak, tanya dong.. itu bisa umroh bawa balita dan ada yg sdg hamil, dpt kartu kuningnya gmn ya?

    ReplyDelete
  2. Assalamu'alaikum.. kak, tanya dong.. itu bisa umroh bawa balita dan ada yg sdg hamil, dpt kartu kuningnya gmn ya?

    ReplyDelete
  3. Assalammualaikum mbak. Salam kenal. Mbak saya boleh minta tips dan saran untuk umroh ketika hamil muda gak. Krn uda dftr umroh juauh hari sblm hamil dan ketika mau brgkt skrg sedang hamil 8 weeks. Terima kasih mbak.

    ReplyDelete