Thursday, July 24, 2014

Going Through My First Trimester

Trimester pertama bagi gw layaknya roller coaster. Ada hari-hari yg gw merasa sehat, bugar, bisa salto diteruskan kayang. Tapi hari-hari berikutnya hanya gw isi di tempat tidur, sekedar tilawah dan nonton tv.

Apa saja yg terjadi?
Gw sendiri pun masih meraba-raba. Banyak yg gw gak tahu, banyak yg gw gak ngerti. Yang jelas, dalam sehari badan gw bisa merasakan capek terus-menerus disertai pusing dan keliyengan. Atau dihari lainnya gw akan merasakan mual sampe muntah. Di lain hari, badan terasa enak tapi gw bisa nangis sejadi-jadinya. Aneh kan?
Haha.

Semua itu katanya sih hormonal. Satu hal yg pasti, setiap kehamilan itu berbeda tanda-tandanya. Ada wanita yg dari trimester satu sampai melahirkan sehat walafiat, bisa beraktifitas maksimal seperti biasa. Ini lah wanita yg menurut gw sangaaaaat beruntung. Selain itu, ada juga wanita yg diberikan kenikmatan morning sickness (yang sebenernya bisa aja terjadi gak cuma dipagi hari, tapi bisa siang maupun malam). Badan terasa sakit, capek, padahal gak abis ngapa-ngapain. Kehamilan jenis ini bisa melanda di trimester pertama saja, atau bahkan hingga trimester akhir. Ada juga tipe kehamilan yang memang diminta untuk istirahat saja. Selama 5 bulan bedrest dan beberapa kasus sampai diinfus karena tidak ada makanan yg bisa masuk.
Saran gw, jangan pernah membandingkan kehamilan satu dengan yang lain. Karena setiap wanita akan mempunyai pola yg berbeda. Bahkan seorang wanita bisa merasakan gejala yg berbeda untuk anak pertama dan yg lainnya. Biasanya sih beda jenis kelamin, beda juga gejala kehamilannya.
Maka bersyukurlah jika anda adalah wanita dengan tipe kehamilan yg 'bandel' :)

Kehamilan itu bukan hanya mempengaruhi fisik saja, loh. Tapi perubahan hormon yang relatif signifikan ini sangat bisa mempengaruhi mood. Tidak sedikit wanita hamil yang mengalamai mood swing ataupun perubahan sikap. Dan untuk para suami, janganlah mempertanyakan mengapa perubahan itu terjadi, sesungguhnya sang istri pun juga gak tahu kenapa. Hehehe.
Jadi, untuk para suami, bersabar dan mengertilah.

Tidak berhenti sampai situ saja. Blame-it-on-hormones-syndrome ini bisa berlanjut sampai kesiapan mental. Gw pribadi merasa walaupun secara teori gw udah merasa 'siap' tapi tetap aja perubahan-perubahan ini bisa bikin perasaan campur-aduk, kocar-kacir, semrawut. Bayangkan saja, biasanya gw bisa mengerjakan banyak hal, mulai dari kuliah sambil kerja. Pagi kuliah, malem kerja, weekend pun rapat. Atau seharian pergi keliling kota, dari ujung timur ke ujung barat, naik angkutan umum baik hujan maupun terik. Tapi sekarang, ketika hamil perubahan itu bisa membuat shock juga. Kadang merasa mengantuk berlebihan, kadang dilanda capek dan pegal kayak abis yoga. Kadang jadi sensitif untuk hal-hal kecil dan gak penting. Bikin sedih dan kesal sih sudah pasti, tapi stress dan depresi yang mengancam lah yang paling menakutkan.

Bagaimana tidak, saat ini tanggung jawab di badan ini bukan hanya milik sendiri. Tapi ada nyawa lain yang di tanggung. Jika sesuatu terjadi, gw pasti akan sedih. Apalagi ketika mendapati masa-masa kram perut dan kontraksi terus menerus dan harus berhadapan dokter. Disatu sisi gw jadi tahu bahwa kakak bebe benar-benar ada di rahim gw. Tapi disatu sisi gw takut, kram dan kontraksi ini membahayakannya. Serba salah. Bahagia tapi takut. Antusias tapi gak pede. Nah, kan.

Disini lah peran suami, keluarga dan teman sangat berpengaruh. Mintalah suami mengerti. Mungkin ia tidak tahu apa yg para ibu rasakan. Mungkin ia bertanya-tanya mengapa perubahan sikap dan sifat terjadi. Mungkin ia tidak mengerti, bahwa dengan kita diam pun, dalam tubuh kita bekerja dengan keras, seiring pertumbuhan si bayi. Mungkin ia tidak tahu, bahwa setiap kehamilan itu berbeda. Dan masih banyak mungkin-mungkin lainnya yang harus diceritakan. Gw pun awalnya kesulitan, tapi gw mencoba untuk bercerita dan memberikan beberapa artikel tentang kehamilan. Lumayan membantu sih, menurut gw. Idealnya, bacalah artikel itu bersama kemudian diskusikan.

Keluarga, terutama orang tua pasti akan memberikan perhatian penuh. Jangan ragu untuk sekedar menelpon dan memperbaiki mood dengan bercerita hal-hal kecil dan gak penting. Dengan teman pun, gw sering menyapa dan berbagi cerita dari berita gak penting a la selebriti sampai topik seru soal politik. Gak perlu melulu soal kehamilan kok, tapi mendapatkan teman curhat dan bertanya soal kehamilan pastinya akan menjadi nilai tambah.

Selain itu, bacalah artikel-artikel tentang kehamilan. Mama gw yg udah hamil 6 kali pun mengakui bahwa ia akan membaca artikel kehamilan setiap hamil. Walaupun menurut gw dia udah ekspert soal hamil (yaiyalah 6 kali hamil, 5 kali melahirkan dengan satu bayi meninggal, dan satu keguguran), mama gak pernah menyuruh macam-macam. Harus ini harus itu, mestinya begini mestinya begitu. Pesan beliau cuma satu, baca. Cari tahu tentang kehamilan gw. Karena menurut beliau, setiap kehamilan itu berbeda. Apalagi dengan perubahan cuaca, iklim, dan gaya hidup.

Mungkin dulu orang akan tidak ngeh dengan autis. Tapi seiring perkembangan zaman, autis ternyata bisa menyerang orang-orang tertentu. Inilah yg harus diwaspadai. Belum lagi penyakit turunan dan kelainan lainnya.
Mungkin dulu jaman mama hamil gw pun beliau gak rajin ke dokter untuk usg, tapi ketika hamil adek gw yg terakhir hal itu berubah. Perubahan cara hidup dan teknologi bisa mendeteksi dan meminimalisasi kelainan yang terjadi. Jangan salah, di zaman yang menurut gw udah modern ini pun, angka kematian ibu yg melahirkan di Indonesia masih menduduki peringkat ketiga di Asean menurut WHO. Menyedikan ya?

Yah, gw juga bukan ekspert. Ini anak pertama gw, pengalaman baru bagi gw. Gak ada salahnya mencari tahu lebih banyak. Kalaupun saran-saran gw membantu, alhamdulillah. Hehe.
Dan bagi wanita hamil diluar sana, jangan stres dan jangan depresi. Berbahagialah, tersenyumlah. Carilah metode yg tepat untuk mendapatkan kebahagiaan itu setiap hari dan setiap saat. Karena ibu hamil yang bahagia akan melahirkan bayi yg sehat dan bahagia.

Cheers!

No comments:

Post a Comment