Kehidupan di Discover dan MBA cukup membuat gw dan Jess kelimpungan. Bagaimanapun kami sudah berusaha mengatur jadwal agar bisa tetap eksis di Discover tanpa mengurangi kewajiban kami sebagai mahasiswa. Alhamdulillah, gw memiliki orang-orang yg pengertian (atau terjebak? Haha) yg mau bekerja sama di Discover.
Singkat cerita, gw sudah pulang dari London untuk joint research dengan Goldsmiths University of London. Gw akhirnya memulai thesis gw : bisnis strategi untuk Discover. Dalam 2 bulan gw kebut thesis sampe beres dan bisa sidang. Ditengah-tengah hiruk pikuk thesis, persiapan mau menikah, dan Discover muncul lah statement ini : Discover kemungkinan gak bisa diterusin.
Gw sebenarnya udah sadar saat mendaftarkan Discover ke notaris, Discover gak akan bertahan lama. Paling tidak, ada masa vakum nantinya. Bukan apa-apa. Gw sadar, sebagai cewek nanti jika sudah waktunya, gw harus ikut kemana suami gw pergi. Begitu juga Jess.
Ditambah lagi, Jess juga punya kewajiban untuk membantu perusahaan papanya.
Disinilah semua titik bertemu. Keputusan gw akan menikah dan Jess yg harus membantu papanya secara langsung. Kami berdiskusi lumayan banyak, memikirkan segala yg bisa kami lakukan sebelum akhirnya kesimpulan diambil.
Sedih? Banget. Discover ini udah kayak anak gw. Gw dan Jess yg cariin bajunya di IBCC. Kami juga yg pilih aksesoris apa saja yg nantinya dipakai oleh Discover. Kami juga yg carikan proyek-proyek apa yg dimainkan. Hingga sekarang, kami juga yg harus mengakhirinya.
Semua teman-teman dan nanny Discover sudah kami beritahu, pertemuan terakhir dan tanda jasa sudah menemani Discover pun sudah kami berikan kemarin. Ketika mereka pulang, Discover sudah bersih. Duduklah kami berdua di ruangan ini. Seperti dahulu, hanya berdua di Discover.
Perasaan aneh mulai menjalar, gw berjalan memutari dinding. Menatap setiap sudut yg ada, disana gw biasa sholat dan bercermin untuk bersiap pergi lagi atau sekedar memastikan jilbab dan makeup gw rapi. Di pojok sana gw berdiri ngadem di bawah AC. Sambil terkadang membaca tempelan dinding yg berisi menu makanan maupun bon belanja serta catatan nomer penting. Pojok lainnya adalah tempat gw biasa mencari inspirasi. Baik dengan membaca dan memilah buku-buku yg memang sengaja gw dan Jess kumpulkan, maupun dengan tidur diantara bantal dan boneka.
Februari 2014 terasa berjalan begitu cepat. Gw pun tak menyangka Discover akan berakhir disini. Setelah Januari kemarin Discover yg menemani dan membawa gw menyelesaikan thesis, kurang dari sebulan kemudian gw harus mengucapkan selamat tinggal.
Gw dan Jess tertawa-tawa, kami memutuskan untuk berfoto-foto daripada larut dengan kesedihan kami. Minggu depan kami baru mulai mengosongkan Discover lengkap dengan komputer-komputernya.
Ternyata gw tidak setegar itu, bagaimanapun sekali lagi, Discover adalah kebanggaan gw. Maka ketika mas pacar menelpon malam itu, meneteslah air mata gw. Tidak setetes namun cukup untuk membuat kelopak mata gw membengkak seperti biji jengkol.
Gw menangis tersedu-sedu. Sungguh, ini seperti kehilangan anak gw. Bukan masalah materi, tapi kenangan dan kerjakeras yg sudah gw dan Jess curahkan membuat gw gak sanggup.
Discover memang sebuah jalan, ia adalah salah satu mimpi yg telah terpenuhi. Semoga setiap ilmu dan pelajaran hidup selama merawat Discover, bisa gw dan Jesd maksimalkan. Amin.
No comments:
Post a Comment